Tuesday, April 29, 2008

NDESO

oleh : Ika S. Creech *) dari milis kafe muslimah
"Anda semua terlahir untuk menang. Namun, untuk menjadi seorang pemenang Anda harus merencanakan kemenangan, mempersiapkan, dan mengharapkan kemenangan." Zig Ziglar, penulis buku motivasi

Deso (baca ndeso) itulah sebutan untuk orang yang norak, kampungan, udik, shock culture, Countrified dan sejenisnya. Ketika mengalami atau merasakan sesuatu yang baru dan sangat mengagumkan, maka ia merasa takjub dan sangat senang, sehingga ingin terus menikmati dan tidak ingin lepas, kalau perlu yang lebih dari itu. Kemudian ia menganggap hanya dia atau hanya segelintir orang yang baru merasakan dan mengalaminya. Maka ia mulai atraktif, memamerkan dan sekaligus mengajak orang lain untuk turut merasakan dan menikmatinya, dengan harapan orang yang diajak juga sama terkagum-kagum sama seperti dia.

Lebih dari itu ia berharap agar orang lain juga mendukung terhadap langkah-langkah untuk menikmatinya terus-menerus. Hal ini biasa, seperti saya juga sering mengalami hal demikian, tetapi kita terus berupaya untuk terus belajar dari sejarah, pengalaman orang lain, serta belajar bagaimana caranya tidak jadi orang norak, kampungan alias deso.

Semua kampus di Jepang penuh dengan sepeda, tak terkecuali dekan atau bahkan Rektorpun ada yang naik sepeda datang ke kampus. Sementara si Pemilik perusahaan Honda tinggal di sebuah apartemen yang sederhana. Ketika beberapa pengusaha ingin memberi pinjaman kepada pemerintah Indonesia mereka menjemput pejabat Indonesia di Narita. Dari Tokyo naik kendaraan umum, sementara yang akan dijemput, pejabat Indonesia naik mobil dinas Kedutaan yaitu mercy.

Ket ika saya di Australia berkesempatan melihat sebuah acara ceremoni dari jarak yang sangat dekat, dihadiri oleh pejabat setingkat menteri, saya tertarik mengamati pada mobil yang mereka pakai Merk Holden baru yang paling murah untuk ukuran Australia. Yang menarik, para pengawalnya tidak terlihat karena tidak berbeda penampilannya dengan tamu-tamu, kalau tidak jeli mengamati kita tidak tahu mana pengawalnya.

Di Sidney saya berkenalan dengan seorang pelayan restoran Thailand. Dia seorang warga Negara Malaysia keturunan cina, sudah selesai S3, sekarang lagi mengikuti program Post Doc, Dia anak serorang pengusaha yang kaya raya.
Tidak mau menggunakan fasilitas orang tuanya malah jadi pelayan. Dia juga sebenarnya dapat beasiswa dari perguruan tingginya.

Satu bulan saya di jepang tidak melihat orang pakai hp communicator, mungkin kelemahan saya mengamati. Dan setelah saya baca Koran ternyata konsumen terbesar hp communicator adalah Indonesia. Sempat berkenalan juga dengan seorang yang berada di stasiun kereta di Jepang, ternyata dia anak seorang pejabat tinggi Negara, juga naik kereta. Yang tak kalah serunya saya juga jadi pengamat berbagai jenis sepatu yang di pakai masyarakat jepang ternyata tak bermerek, wah ini yang deso siapa yaa?

Sulit membedakan tingkat ekonomi seseorang baik di jepang atau di Australia, baik dari penampilannya, bajunya, kendaraannya, atau rumahnya. Kita baru bisa menebak kekayaan seseorang kalau sudah tahu pekerjaan dan jabatanya di perusahaan. Jangan-jangan kalau orang jepang diajak ke Pondok Indah bisa Pingsan melihat rumah segitu gede dan mewahnya. Rata-rata rumah disana memiliki tinggi plafon yang bisa dijambak dengan tangan hanya dengan melompat. Sehingga duduknyapun banyak yang lesehan.

Sampai akhir hayatnya Rasulullah tidak membuat istana Negara dan Benteng Pertahanan (khandaq hanyalah strategi sesaat, untuk perang ahzab saja), padahal Rasulullah sudah sangat mengenal kemawahan istana raja-raja Negara sekelilingnya, karena Beliau punya pengalaman berdagang. Ternyata Beliau tidak menjadi silau terus ikut-ikutan latah ingin seperti orang-orang. Lalu dimana aktivitas kenegaraan dilakukan? Mengingat beliau sebagai kepala Negara. Jawabannya ya di masjid.

Beliau punya banyak jalan yang legal untuk bisa membangun istana. Di Mekkah nikah dengan janda kaya, di madinah jadi kepala Negara, punya hak prerogative dalam mengatur harta rampasan perang dan ada jatah dari Allah untuk dipergunakan sekehendak beliau, belum hadiah dari raja-raja. Tetapi mengapa beliau sering kelaparan, ganjal perut dengan batu, puasa sunnah niatnya siang hari, shalat sambil duduk menahan perih perut dan seterusnya.

Ketika Indonesia sedang terpuruk, Hutang lagi numpuk, rakyat banyak yang mulai ngamuk, Negara sedang kere, banyak yang antri beras, minyak tanah, minyak goreng dll. Maka harga diri kita tidak bisa diangkat dengan medali emas turnamen olah raga, sewa pemain asing, banyak ceremonial yang gonta-ganti baju seragam, baju dinas, merek mobil, proyek mercusuar, dll, dsb, dst

Bangsa ini akan naik harga dirinya kalo utang sudah lunas, kelaparan tidak ada lagi, tidak ada pengamen dan pengemis, tidak ada lagi WTS (Wanita Tidak Sholat, di Malaysia "Wanita Tak Senonoh") , angka kriminal rendah, korupsi berkurang, punya posisi tawar terhadap kekuatan global. Maka orang Deso (alias norak) tidak mampu mengatasi krisis karena tidak bisa menjadikan krisis sebagai paradigma dalam menyusun APBD dan APBN. Nah karena yang menyusun orang-orang norak maka asumsi dan paradigma yang dipakai adalah Negara normal atau bahkan mengikut Negara maju. Bayangkan ada daerah yang menganggarkan Sepak Bola 17 Milyar sementara anggaran kesranya 100 juta, wiiieh!

Akhirnya penyakit norak ini menjadi wabah yang sangat mengerikan dari atas sampai bawah :
- Orang bisa antri Raskin sambil pegang hp
- Pelajar bisa nunggak SPP sambil merokok
- Orang tua lupa siapkan SPP, karena terpakai untk beli tv dan kulkas
- Orang bule mabuk krn kelebihan uang, Orang kampung mabuk beli minuman patungan
- Pengemis bisa pake walkman sambil goyang kepala
- Para Pengungsi bisa berjoged dalam tendanya
- Orang beli Gelar akademis di ruko-ruko tanpa kuliah
- Ijazah S3 luar negeri bisa di beli sebuah rumah petakan gang sempit di cibubur
- Kelihatannya orang sibuk ternyata masih sering keluar masuk Mc Donald
- Kelihatannnya orang penting, ternyata sangat tahu detail dunia persepakbolaan.
- Kelihatan seperti aktivis tapi habis waktu untuk mencetin hp
- 62 tahun merdeka, lomba-lombanya masih makan kerupuk saja
- Agar rakyat tidak kelaparan maka para pejabatnya dansa dansi di acara tembang kenangan.
- Agar kampanye menang harus berani sewa bokong-bokong bahenol ngebor
- Agar masyarakat cerdas maka sajikan lagu goyang dombret dan wakuncar
- Agar bisa disebut terbuka maka harus bisa buka-bukaan
- Agar kelihatan inklusif mk hrs bisa menggandeng siapa saja, kl perlu jin tomang jg digandeng

Yang lebih mengerikan lagi adalah supaya kita tidak terlihat kere, maka harus bisa tampil keren. Makin kiamatlah kalo si kere tidak tahu dirinya kere.

*) Penulis adalah Putra Indonesia Asli, kini bertempat tinggal di Paris, Perancis dan bekerja sebagai Pembawa Acara di salah satu stasiun di Perancis.

Baca Selengkapnya ...

Friday, April 25, 2008

INTERNET: MEDIA DAKWAH ALTERNATIF

Internet, sebagai suatu infrastruktur awalnya adalah infrastruktur telekomunikasi yang dikembangkan oleh para empu teknologi komputer dan telekomunikasi dari ruang dan garasi riset di Amerika Serikat di sekitar akhir dasawarsa 60-an. Kemudian, Dephankam AS melalui program ARPA mendanai pengembangan lebih lanjut riset-riset tersebut sebagai suatu alternatif sistem telekomunikasi untuk mengantisipasi serangan nuklir.


Ya, Internet pada akhirnya adalah produk teknologi perang dingin yang kemudian (kembali) dielobrasi lebih jauh untuk kepentingan sipil. Peranannya yang semakin signifikan kemudian tidak menjadikannya sebagai sarana telkomunikasi saja. Namun berkembang lebih jauh untuk memenuhi dan menciptakan berbagai kebutuhan masyarakat modern mulai dari pengiriman surat elektronik, forum diskusi, media online, sarana jual beli dan juga sarana untuk menampilkan semangat spiritualisme.

Sampai sekarang, walaupun Amerika Serikat bisa dianggap sebagai pemrakarsa teknologi Interet, tidak ada satu pun negara atau entitas yang berhak mengakui kepemilikan infrastruktur Internet. Internet pada akhirnya berkembang demikian pesat tanpa pemilikan dan sangat terbuka. Siapapun yang mau memanfaatkan dan berkiprah untuk memanfaatkan Internet tidak ada yang melarang. Namun disinilah kemudian masalahnya muncul. Dengan keterbukaannya ini, Internet berkembang menjadi suatu sarana, suatu media baru dimana "The bad" dan "The Good" cuma dipisahkan oleh satu klik tetikus pemakainya; Dimana mudharat dan manfaat sama-sama tampil sejajar; Dimana pornografi dan sopan santun bisa saling berselisih atau tampil bersamaan. Internet menjadi suatu medium yang multiintepretasi dan menjadi sarana anonimitas yang terbuka.

Internet sebagai media dakwah

Dulu masih belum begitu banyak memanfaatkan Internet sebagai alternatif media dakwah. Situs tertua yang ditemui adalah situs Isnet.org yang dikelola oleh aktivis Pelajar Islam Indonesia yang sedang belajar di luarnegeri. Isnet bisa disebut sebagai pionir komunitas Islam di Internet yang notabene diprakarsai oleh pelajar-pelajar Islam Indonesia yang berada di mancanegara. Basis kekuatannya dalah milis (mailing list) yaitu forum diskusi melalui email, dimana pesertanya dapat berdiskusi secara aktif untuk berbagai topik keagamaan. Selain itu, terdapat juga upaya-upaya untuk membangun jaringan informasi Islam seperti Jaringan Informasi Islam, yang diprakarsai oleh Pusat teknologi serba guna Salman ITB. Media tradisional seperti hidayatullah dengan hidayatullah.com dan sabili (sabili.ku.org saat ini sabili.co.id) pun setidaknya sudah memanfaatkan Internet sebagai alternatif publikasinya di akhir 90-an itu. Selebihnya adalah situs-situs organisasi seperti al-islam.or.id , kisdi, laskarjihad, dll. Paling menarik adalah munculnya situs-situs personal yang menginformasikan tentang Islam sebagai suatu personality page.

Beberapa tahun yang lalu kalau kita melakukan pencarian melalui situs pencari paling populer Yahoo.com dengan kata kunci “Islam”, ribuan situs yang menginformasikan Islam akan ditampilkan. Saat ini, bila kita masukkan kata kunci “Islam” yang muncul adalah puluhan bahkan ratusan ribu situs tentang Islam dari yang dikelola dalam skala personal dan amatir sampai situs yang memang dipersiapkan sebagai media dakwah abad-21 seperti yang dikelola oleh islamonline.net sampai azzam.com yang sangat kontroversial karena dituduh Pemerintah AS sebagai situs propaganda Al Qaida. Situs islamonline.net dikelola oleh Dr. Yusuf Qadharawi seorang ulama Internasional yang terkenal dari Mesir.

Representasi dakwah di Internet semakin terakomodir dengan semakin berkembangnya teknologi multimedia melalui World Wide Web (WWW). Sebenarnya, perkembangan teknologi internet yang web enable inilah yang banyak menyokong popularitas Internet sejak awal tahun 90-an yang lalu. Dengan teknologi WWW ini penampilan informasi dan pengetahuan dapat dirancang dalam berbagai format multimedia yang lebih atraktif dan menarik. Tidak cuma teks, namun gambar, suara dan videopun sudah bisa ditampilkan diweb. Tidak Cuma informasi yang pasif namun streaming audio dan video pun sudah bisa dilakukan dengan adanya integrasi teknologi penyiaran radio melalui medium Internet. Sebagai contoh, Radio Al Islam Mesir sudah melakukan streaming audio Al Qur’an dimana suara orang mengaji akan terdengar 24 jam penuh sepanajng hari setiap kali kita mengklik ke ayat yang ingin kita dengarkan (Lihat juga http://www.myquran.com/alquran). Islamicity.com dan islamonline.net menyediakan wawancara eksklusif secara berkala dengan ulama-ulama dan pakar Islam Internasional seperti DR. Yusuf Qaradhawi, John L. Esposito, dan ulama serta pakar Islam lainnya baik untuk menyatakan fatwa maupun untuk menyatakan pendapat keilmuan mengenai suatu masalah. Tidak jarang dilakukan juga obrolan real time (chatting) dengan para pakar dan ulama ini untuk menyikapi berbagai masalah yang muncul di dunia Islam. Tragedi 911 WTC dan serangan AS ke Afghanistan yang baru lalu merupakan contoh topik yang banyak dibincangkan di situs-situs Islam. Tidak jarang munculnya situs-situs Islam ini membuat gerah pemerintah AS. Contohnya, situs azzam.com yang sangat vokal sempat disweeping dan kemudian dituduh oleh AS sebagai situs propaganda Usamah Bin Laden. Di Texas AS suatu perusahaan web hosting (tempat menyewakan ruang server untuk publikasi di Internet) digrebek dan dibredel FBI karena menyediakan tempat untuk sekitar 200 situs Islam yang dituduh berkaitan dengan jaringan terorisme internasional.

Di Indonesia situs-situs Islam mulai marak sekitar awal tahun 1999. Situs myquran.com, al-islam.or.id, laskarjihad.or.id, kisdi.or.id, pesantrenvirtual.com, iiman.co.id, hidayatullah.com, republika.co.id dan banyak lagi yang lainnya mulai menyemarakkan Internet dengan berbagai format sajian. Perkembangannya kemudian semakin pesat di tahun 2000-an dengan masuknya berbagai investasi asing di Indonesia yang berhubungan dengan Internet. Format penampilan pun berbeda-beda bahkan semakin tersegmentasi sesuai dengan kebutuhan yang ada di masyarakat. Myquran.com menampilkan situs komunitas kolaboratif dimana pengunjung situs dapat memanfaatkan berbagai fasilitas yang ada seperti Al Qur’an online, direktori situs islam, forum diskusi, chatroom, berita serta artikel dan berbagai sarana interaktif lainnya yang disumbangkan oleh para pengunjung dan anggotanya. Sasarannya adalah pemakai internet usia 17 sampai 35 tahun yang merupakan segmen pemakai Internet terbesar dewsa ini. Situs pesantrenvirtual.com yang dikelola oleh para santri virtual bimbingan KH. Mustopha Bisri merupakan contoh lain situs Islam yang menyajikan berbagai hasil konsultasi virtual dengan Pengelola Pesantren. Situs ini awalnya merupakan komunitas milis yang kemudian di-online-kan menjadi situs. PadhangMbulan.com merupakan contoh lain situs yang lahir dari komunitas milis yang dikelola oleh Budayawan Emha Aiunun Najib. Cybernasyid.com menyediakan berbagai informasi dan perkembangan nasyid yang mengejutkan dunia seni suara di tanah air. Moslemworld.co.id merupakan contoh situs Islam yang mendapat dukungan dana dari moslemworld.com dari Brunei Darussalam yang menyajikan berbagai referensi dan informasi Islam terkini. Demikian juga pesantren.net, tazkia.com, ukhuwah.or.id, eramuslim.com, pesantren-online.com, islamlib.com, cybernasyid.com, indohalal.com dan banyak lagi yang lainnya yang merupakan representasi dakwah islamiyah baik langsung maupun tidak langsung di Internet. Ini baru menyebutkan beberapa situs Islam saja. Perkembangan yang lebih pesat sebenarnya terjadi di komunitas milis islam yang jumlahnya sekarang ini mencapai ribuan milis Islam dari Indonesia. Kecenderungan yang demikian tentunya menggembirakan bagi dunia Islam.

Sebagai produk teknologi, Internet bisa dikatakan tidak bebas nilai karena teknologi pada dasarnya dibuat untuk membantu memecahkan masalah dan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Namun, dari sisi pemakai, baik atau buruk suatu alat sebagai produk teknologi pada akhirnya tergantung pada bagaimana kita menggunakannya dan bagaimana kita melihatnya. Pada akhirnya nilai positif atau negatif produk teknologi akan ditentukan oleh niat dan motivasi yang akan menjadi penentu apakah suatu alat akan menjadi bermanfaat atau mudharat. Disini, diperlukan pendekatan yang terbaik untuk menjelaskan kepada masyarakat mengenai suatu produk teknologi dalam hal ini adalah internet. Utamanya adalah komunitas-komunitas muslim tradisional yang menjadi center of influence masyarakat muslim Indonesia selama beradab-abad. Sejak jaman para wali sampai zaman sekarang ini peran komunitas tradisional dan figur tradisional yang kharismatis sangat signifikan bagi masyarakat Indonesia.

Untuk mengurangi dampak negatif solusi bisa didekati baik secara teknis maupun non teknis. Solusi teknis seperti menggunakan software netnanny, security etc, folterisasi dll. Namun solusi teknis sangat terbatas dan parsial. Perlu pemantauan dan updating yang terus menerus. Dengan pertumbuhan content dan teknologi Internet yang pesat, solusi teknis sebaiknya menjadi suatu pagar yang tujuannya adalah meminimalkan "upaya".

Solusi alternatif lain yang bisa lebih menyeluruh adalah dengan melakukan edukasi kepada masyarakat mengenai apa itu Internet secara tuntas dan tidak sepotong-sepotong. Sosialisasi kepada masyarakat dalam hal ini sangat berperanan. Tujuannya adalah mengeliminir "keinginan" atau niat buruk dan meningkatkan motivasi positif untuk memanfaatkan Internet. Media massa perlu menggambarkan Internet dengan tuntas bukannya secara parsial mengeksploitasi dari satu sisi. Demikian juga para edukator baik guru, dai maupun ulama perlu lebih terbuka dan tuntas dalam memahami perkembangan teknologi informasi dalam kontek perkembangan zaman dan perkembangan umat untuk mengantisipasi berbagai tantangan yang semakin berat. Para ulama perlu menyikapi perkembangan zaman dalam konteks kekinian bukan menghambat dan menyumbat berbagai perkembangan dalam lamunan masa lalu. Dengan melibatkan berbagai pihak baik pelaku bisnis, pemerintah, organisasi masyarakat Islam, Komunitas tradisional pendidikan Islam, Internet sebagai suatu produk perkembangan zaman bisa disiasati dengan lebih positif dengan tindakan yang lebih produktif untuk meningkatkan kompetitifitas umat.

Tentu saja masalah Internet dengan isu kesenjangan dijital yang diwakili oleh aksesabilitas internet bagi masyarakat cuma masalah kecil dibandingkan masalah-masalah lain yang sedang dihadapi Bangsa Indonesia. Namun, tentunya hal ini tidak menjadikan kita lalai atas perkembangan dan dampaknya yang terjadi diwaktu mendatang. Bagi Umat Islam khususnya, perkembangan teknologi perlu disikapi lebih arif dan smart. Radio, televisi dan sederetan budaya pop barangkali bisa menjadi petunjuk bagaimana suatu perkembangan teknologi dan budaya pada akhirnya berkembang dan susah dibendung hanya karena kita lalai dalam menyikapi implikasinya. Mungkin setengah abad yang lalu kita tidak pernah mengira dampak yang ditimbulkan oleh mereka. Namun, sebagai suatu komunitas umat yang berkembang sesuai zaman, antisipasi teknologi internet tentunya mesti bisa diadopsi dengan lebih positif. Jadi bukan cuma sekedar waspada dan rasa takut yang dibangun, namun kearifanlah yang diperlukan. Kalau tidak, kita Umat Islam akan semakin menjadi buih-buih kecil di ganasnya gelombang perubahan peradaban Umat Manusia.

http://www.stream.plasa.com

Baca Selengkapnya ...

Thursday, April 17, 2008

"Siapa yang tak rela menerima ketentuan-Ku, silahkan keluar dari bumi-Ku!"

Nadirsyah Hosen

Pernahkah kita merasa diuji oleh Allah? Kita cenderung mengatakan kalau kita ditimpa kesusahan maka kita sedang mendapat cobaan dan ujian dari Allah. Jarang sekali kalau kita dapat rezeki dan kebahagiaan kita teringat bahwa itupun merupakan ujian dan cobaan dari Allah. Ada diantara kita yang tak sanggup menghadapi ujian itu dan boleh jadi ada pula diantara kita yang tegar menghadapinya.

Al-Qur'an mengajarkan kita untuk berdo'a: "Ya Tuhan kami, jangnlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya..."(QS 2: 286)

Do'a tersebut lahir dari sebuah kepercayaan bahwa setiap derap kehidupan kita merupakan cobaan dari Allah. Kita tak mampu menghindar dari ujian dan cobaan tersebut, yang bisa kita pinta adalah agar cobaan tersebut sanggup kita jalani. Cobaan yang datang ke dalam hidup kita bisa berupa rasa takut, rasa lapar, kurang harta dan lainnya.

Bukankah karena alasan takut lapar saudara kita bersedia mulai dari membunuh hanya karena persoalan uang seratus rupiah sampai dengan berani memalsu kuitansi atau menerima komisi tak sah jutaan rupiah. Bukankah karena rasa takut akan kehilangan jabatan membuat sebagian saudara kita pergi ke "orang pintar" agar bertahan pada posisinya atau supaya malah meningkat ke "kursi" yg lebih empuk. Bukankah karena takut kehabisan harta kita jadi enggan mengeluarkan zakat dan sadaqoh.

Al-Qur'an melukiskan secara luar biasa cobaan-cobaan tersebut. Allah berfirman: "Dan Sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS 2: 155)

Amat menarik bahwa Allah menyebut orang sabarlah yang akan mendapat berita gembira. Jadi bukan orang yang menang atau orang yang gagah....tapi orang yang sabar! Biasanya kita akan cepat-cepat berdalih, "yah..sabar kan ada batasnya..." Atau lidah kita berseru, "sabar sih sabar...saya sih kuat tidak makan enak, tapi anak dan isteri saya?" Memang, manusia selalu dipenuhi dengan pembenaran-pembenaran yang ia ciptakan sendiri.

Kemudian Allah menjelaskan siapa yang dimaksud oleh Allah dengan orang sabar pada ayat di atas: "(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un". (Qs 2: 156)

Ternyata, begitu mudahnya Allah melukiskan orang sabar itu. Bukankah kita sering mengucapkan kalimat "Inna lillahi...." Orang sabar-kah kita? Nanti dulu! Andaikata kita mau merenung makna kalimat Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un maka kita akan tahu bahwa sulit sekali menjadi orang yang sabar.

Arti kalimat itu adalah : "Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali." Kalimat ini ternyata bukan sekedar kalimat biasa. Kalimat ini mengandung pesan dan kesadaran tauhid yang tinggi. Setiap musibah, cobaan dan ujian itu tidaklah berarti apa-apa karena kita semua adalah milik Allah; kita berasal dari-Nya, dan baik suka-maupun duka, diuji atau tidak, kita pasti akan kembali kepada-Nya. Ujian apapun itu datangnya dari Allah, dan hasil ujian itu akan kembali kepada Allah. Inilah orang yang sabar menurut Al-Qur'an!

Ikhlaskah kita bila mobil yang kita beli dengan susah payah hasil keringat sendiri tiba-tiba hilang. Relakah kita bila proyek yang sudah didepan mata, tiba-tiba tidak jadi diberikan kepada kita, dna diberikan kepada saingan kita. Berubah menjadi dengki-kah kita bila melihat tetangga kita sudah membeli teve baru, mobil baru atau malah pacar baru. Bisakah kita mengucap pelan-pelan dengan penuh kesadaran, bahwa semuanya dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Kita ini tercipta dari tanah dan akan kembali menjadi tanah.... Bila kita mampu mengingat dan menghayati makna kalimat tersebut, ditengah ujian dan cobaan yang menerpa kehidupan kita, maka Allah menjanjikan dalam Al-Qur'an: "Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk."

Dalam sebuah hadis qudsi Allah berkata: "Siapa yang tak rela menerima ketentuan-Ku, silahkan keluar dari bumi-Ku!"

Subhanallah..... "inna lillahi wa inna ilaihi raji'un"

Armidlae, 27 Agustus 1997

Baca Selengkapnya ...

8 Dirham

Rasulullah pagi itu sibuk memperhatikan bajunya dengan cermat. baju satu-satunya dan itupun ternyata sudah usang. baju yang setia menutup aurat beliau. meringankan tubuh beliau dari terik matahari dan dinginnya udara. Baju yang tidak pernah beristirahat.

Tetapi beliau tak mempunyai uang sepeser pun. Dengan apa beliau harus membeli baju? Padahal baju yang ada sudah waktunya diganti. Rasulullah sebenarnya dapat saja menjadi kaya mendadak, bahkan terkaya di dunia ini. Tapi sayang, beliau tak mau mempergunakan kemudahan itu. Jika beliau mau, Allah dalam sekejap bisa mengubah gunung dan pasir menjadi butir-butir emas yang berharga. Beliau tak sudi berbuat demikian karena kasihnya kepada para fakir yang papa. Siapakah yang akan menjadi teladan jika bukan beliau..? Contoh untuk menahan derita, menahan lapar dan dahaga, menahan segala coba dan uji Allah dengan kesabaran. Selalu mensyukuri nikmat Allah berapa pun besarnya. Siapa lagi kalau bukan beliau yang menyertai umatnya dalam menjalani iradat yang telah ditentukan Allah. Yaitu kehidupan dalam jurang kedukaan dan kemiskinan. Siapa pula yang harus menghibur mereka agar selalu bersabar dan rela dengan yang ada selain beliau? Juga siapa pula yang harus menanamkan keyakinan akan pahala Allah kelak di akhirat jika bukan beliau?

Yah,...hanya beliaulah yang mampu menjalankan berbagai hal diatas. benar,...baliaulah satu-satunya manusia yang mendapatkan amanat dari Allah untuk semua umat manusia. Tugas yang lebih murni dan mulia daripada intan berlian serta butiran emas yang lain. Lebih halus dari sutera serta lebih indah dari segala keindahan yang dikenal manusia di dunia ini. lebih megah dari segala kedudukan dan derajad kehidupan manusia yang katanya sudah megah.

"Semua itu hanyalah merupakan kesenangan dunia sedang di sisi Allah yang paling baik dan sebaik-baik tempat kembali"

Perjuangan itu tidak mudah. bahkan sangat berat bagi beliau. Menegakkan yang hak hanya dapat dicapai dengan penuh keimanan dan kekuatan. sabar dalam menghadapi setiap malapetaka yang menimpa, bersyukur yang dilakukan dengan hati bersih. dalam keadaan bagaimanapun, baik dalam duka maupun suka, bersyukur dan keimanan harus selalu menyertai. Itulah pokok risalah yang dibawa Rasulullah saw.

Allah Maha Bijaksana, tidak akan membiarkan hamba-Nya terkasih kebingungan. Rasulullah diberinya rezeki sebanyak delapan dirham. Bergegas beliau melangkah ke pasar. Tentunya kita maklum. uang sekian itu dapat dibelikan apa. Apakah cukup untuk membeli makan, minum, serta pakaian penutup badan? Oleh sebab itu, bergembiralah hai para fakir dan miskin! Nabi kita, Muhammad saw telah memberikan contoh begitu jelas. Nabi yang kita cintai, hamba kesayangan Allah pergi ke pasar dengan uang sedikit seperti yang kita miliki. Tetapi nabi kita ini, hamba Allah yang di bumi bernama Ahmad, sedang dari langit bernama Muhammad dengan ridha pergi ke pasar berbekal uang delapan dirham untuk berbelanja. Manusia penuh nur dan inayah Allah yang dilahirkan di makkah. meskipun beliau miskin, beliau senang sekali hidup. beliau belum ingin mati meski kemiskinan menjerat setiap hari.

Di tengah perjalanan menuju pasar, beliau menemukan seorang wanita yang menangis. Ternyata wanita yang kehilangan uang. Segera beliau memberikan uangnya sebanyak dua dirham. Beliau berhenti sejenak untuk menenangkan wanita itu.

Rasulullah bergegas menuju ke pasar yang semakin ramai. Sepanjang lorong pasar banyak sekali masyarakat yang menegur beliau dengan hormat. Selalu menjawab dan memberikan salam yang mengingatkan akan kebesaran Allah semata. Beliau langsung menuju tempat di mana ada barang yang diperlukannya. Dibelinya sepasang baju dengan harga empat dirham. beliau segera pulang.

Di perjalanan beliau bertemu dengan seorang tua yang telanjang. Orang tersebut dengan iba memohon sepotong baju untuk dipakainya. Rasulullah yang memang pengasih itu tidak tahan melihat. Langsung diberikannya baju yang baru dibeli. Beliau kembali ke pasar utnuk membeli baju lagi seharga dua dirham. Tentu saja lebih kasar dan jelek kualitasnya daripada yang empat dirham. dengan gembira beliau pulang membawa bajunya.

Langkahnya dipercepat karena sengatan matahari yang semakin terik. Juga angin malam yang telah mulai berhembus pelan-pelan. Beliau tidak ingin kemalaman di jalan. Tak lama beliau melangkah ke luar pasar, ditemuinya lagi wanita yang menangis tadi. Wanita itu kelihatan bingung dan sangat gelisah. Rasulullah saw mendekat dan bertanya mengapa. Wanita itu ternyata ketakutan untuk pulang. Dia telah terlambat dari batas waktu, dan takut dimarahi majikannya jika pulang nanti. Rasulullah saw langsung menyatakan akan mengantarkannya.

Wanita itu berjalan yang diikuti Rasulullah saw dari belakang. Hatinya tenang karena Rasulullah saw pasti akan melindungi dirinya. Dia yakin majikannya akan memaafkan, karena kepulangan yang diantarkan oleh manusia paling mulia di dunia ini. Bahkan mungkin akan berterima kasih karena pulang membawa kebaikan bersama dengan kedatangan nabi dan rasul mereka. Mereka terus berjalan hingga sampai ke perkampungan kaum Anshari. Kebetulan saat itu yang ada hanyalah para isteri mereka.

"Assalamu'alaikum warahmatullah", sapa Rasulullah saw keras. Mereka semuanya diam tak menjawab. Padahal mereka mendengar. Hati mereka diliputi kebahagiaan karena kedatangan Nabi. Mereka menganggap salam Rasulullah saw sebagai berkah dan seperti lebaran saja. Mereka masih ingin mendengarnya lagi. Ketika tak terdengar jawaban, Rasulullah saw memberi salam lagi. Tetap tak terdengar jawaban. Rasulullah saw mengulang untuk yang ketiga kali dengan suara lantang, Assalamu'alaikum warahmatullah. Serentak mereka menjawab.

Rasulullah sangat heran dengan semua itu. Beliau menanyakan pada mereka apa sebabnya. Mereka mengatakan, " Tidak ya Rasulullah. Kami sudah mendengar sejak tadi. Kami memang sengaja, kami ingin mendapatkan salam lebih banyak". Rasulullah melanjutkan, "Pembantumu ini terlambat pulang dan tidak berani pulang sendirian. Sekiranya dia harus menerima hukuman, akulah yang akan menerimanya". Ucapan ini sangat mengejutkan mereka. Kasih sayang Nabi begitu murni, budi pekerti yang utama, yang indah tampak dihadapan mereka. Beliau menempuh perjalanan begitu panjang dan jauh hanya untuk mengantarkan seorang budak yang takut dimarahi majikannya. Lagipula hanya karena terlambat pulang. Bahkan memohonkan maaf baginya pula. Sehingga karena harunya, mereka berkata, "Kami memaafkan dan bahkan membebaskannya. Kedatangannya kemari bersama anda karena untuk mengharap ridha Allah semata". Budak itu tak terhingga rasa terima kasihnya. Bersyukur atas karunia Allah swt dan kebebasannya karena dari Rasulullah saw.

Rasulullah saw pulang dengan hati gembira. Telah bebas satu perbudakan dengan mengharap ridha Allah swt sepenuhnya. Beliau juga tak lupa mendoakan para wanita itu agar mendapatkan berkah dari Allah swt. Semoga semua harta dan turunan serta semoga selalu tetap dalam keadaan iman dan islam. Beliau sibuk memikirkan peristiwa sehari tadi. Hari yang penuh berkah dan karunia Allah swt semata. Akhirnya beliau berujar dengan, "Belum pernah kutemui berkah angka delapan sebagaimana hari ini. Delapan dirham yang mampu mengamankan seseorang dari ketakutan, dua orang yang membutuhkan serta memerdekakan seorang budak". Bagi seseorang muslim yang memberikan pakaian pada saudara sesama muslim, Allah akan memelihara selama pakaian itu masih melekat.

Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Baca Selengkapnya ...

Stadium General: Six Sigma

Six Sigma merupakan suatu sistem yang komprehensif dan fleksibel untuk mencapai, memberi dukungan dan memaksimalkan proses usaha, yang berfokus pada pemahaman akan kebutuhan pelanggan dengan menggunakan fakta, data, dan analisis statistik serta terus menerus memperhatikan pengaturan, perbaikan dan mengkaji ulang proses usaha.

Mengingat akan pentingnya penerapan Six Sigma dalam Manajemen Perusahaan maupun suatu organisasi maka kami Himpunan Mahasiswa Teknik Industri Universitas Muhammadiyah sidoarjo Mengundang rekan-rekan untuk menghadiri:

STADIUM GENERAL

SIX SIGMA

Aplikasi Six Sigma Dalam Industri Jasa Dan Manufaktur

Kampus 2 Universitas Muhammaiyah Sidoarjo tanggal 27 April 2008 pukul 09.00 s/d 13.00 WIB

Dengan Pembicara:

M. Riza ST

Change Agent

PT ECCO Indonesia

M. Anshory Syam, ST

Technical Officer Ship Owner, Asset Division

PT. MERATUS LINE

Fasilitas:

Makalah

Snack

Sertifikat

Investasi hanya Rp. 20.000,-


Baca Selengkapnya ...

Monday, April 14, 2008

Penyimpangan-Penyimpangan Dalam Gerakan Da'wah Islam

Oleh Ust. Abu Ridho
from http://www.pkswatch.blogspot.com/
Alhamdulillah, menjelang weekend ini mailbox saya kedatangan sebuah email dari seorang akh yang saya kenal baik, berisikan lampiran sebuah dokumen transkrip taujih al fadhil ustadz Abu Ridho. Taujih ini diberikan oleh ustadz Abu Ridho baru-baru ini dalam sebuah acara muhasabah di Bogor. Ustadz Abu Ridho adalah salah seorang ustadz paling senior di jamaah ini, dan juga salah satu perintis/pembawa manhaj ikhwan di Indonesia.

Isi taujih ini begitu lengkap, sehingga nyaris seluruh tema tulisan-tulisan di blog ini sudah tercover olehnya. Hal pertama yang diulas ustadz dalam taujihnya adalah prioritas dakwah. Apa yang paling penting bagi dakwah? Apakah kemenangan pemilu/pilkadal? Apakah persentase perolehan suara? Apakah gedung DPP yang megah? atau peningkatan ekonomi qiyadah? Bukan, bukan itu semua prioritas utama dalam dakwah Islam melainkan penanaman akidah tauhid dengan memerintahkan keikhlasan dalam beribadah dan berhukum pada hukum Allah.

Ustadz menjelaskan tujuan dakwah adalah menegakkan syariat Allah di muka bumi ini, di mana sistem kehidupan yang mengarahkan manusia pada suatu penghambaan hanya kepada Allah semata (tauhid uluhiyah). Apabila syariat Allah belum tegak, maka beragam prosesi penghambaan kepada selain Allah akan marak dan terus tumbuh subur, dan itu hanya bisa tegak dengan jalan dakwah pula.

Al-'Allamah Syaikh Yusuf al-Qaradhawi hafidzahullah menjelaskan di dalam kitab Fiqih Prioritasnya, bahwa di antara ukuran yang patut dipedomani untuk menjelaskan mana yang lebih patut dan utama untuk dipelihara, dan mana yang didahulukan terhadap yang lainnya adalah perhatian terhadap urusan yang menjadi perhatian Al Quran.

Apa urusan penting yang menjadi perhatian Al Quran, salah satunya seperti firman Allah berikut ini:

Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu" (An Nahl: 36)

Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku." (Al Anbiyaa': 25)

"...Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama" (Az Zumar: 11)


Demikian pula pesan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam kepada Muadz bin Jabal radhiyallahu 'anhu ketika diperintahkan untuk berdakwah ke Yaman, sbb:

"Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari ahli kitab. Maka jadikanlah hal pertama yang engkau seru kepada mereka adalah persaksian tiada ilah (sesembahan untuk diibadahi) selain Allah. Jika mereka sudah melaksanakan itu, ajarkanlah mereka bahwa Allah mewajibkan shalat lima waktu..." (Hadits Riwayat Imam Muslim, Kitab Al-Iman)


Satu-satunya jalan untuk itu semua adalah dakwah. Bagaimana dengan politik praktis? Politik praktis atau mendirikan parpol itu hanya salah satu wasilah dakwah, dari kacamata dakwah parpol sama saja dengan penggunaan mikrofon di masjid, intinya tetap untuk dakwah. Sayangnya ada di antara dai hari ini saya lihat sudah terbalik dalam hal ini, dakwahlah yang menjadi wasilah politik.

Jumlah perolehan suara pemilu, persentase kemenangan pilkadal, dst bukanlah hal yang penting di dalam Islam, melainkan dakwah untuk menegakkan kalimat Allah di muka bumi. Kekuasaan dan daulah sudah dijanjikan oleh Allah di dalam Quran kepada orang-orang yang beriman, sbb:

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku... (An Nuur: 55)


Perhatikan ayat di atas, janji Allah yang tidak akan tercederai sedikitpun. Perhatikan kalimat terakhir dalam penggalan ayat di atas, sebuah esensi tauhid uluhiyah, penyembahan semata hanya kepada Allah. Kurang shahih apa lagi semua itu wahai ikhwah? Tidakkah ini semuanya bukti yang cukup mengenai prioritas dakwah?

Masalahnya memang, jalan dakwah itu tidak mulus. Mursyid 'Amm kelima Al Ikhwan Al Muslimun Syaikh Mushthafa Masyhur rahimahullah menjelaskan bahwa jalan dakwah tidak ditaburi bunga-bunga harum, tetapi merupakan jalan sukar dan panjang. Sebab antara yang haq dan batil ada pertentangan nyata. Dakwah memerlukan kemurahan hati, pemberian dan pengorbanan tanpa mengharapkan hasil yang segera, tanpa putus asa dan putus harapan. (buku Fiqh Dakwah, jilid 1, bab "Penjelasan Umum Sekitar Jalan Dakwah")

Hal ini sudah diperingatkan oleh Allah di dalam Quran, di antaranya sbb:

"Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu..." (Al An'aam: 10)

"Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka..." (Al An'aam: 34)


Dakwah juga harus dilakukan dengan keikhlasan, tanpa embel-embel upah atau ketenaran. Sebagaimana perkataan para Nabi yang diabadikan oleh Allah di dalam Quran, sbb:

"....Aku tidak meminta upah kepadamu..." (Al An'aam: 90)

"Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku..." (Huud: 29)


Meskipun dakwah sudah memasuki orbit politik dengan segala kilau godaan, tetap tidak boleh kehilangan fitur keikhlasan ini, tidak boleh politik dijadikan sarana untuk mengumpulkan harta dengan segala dalih, entah mengqiyaskan itu dengan ganimah, jizyah, mahar politik, atau alasan menyesuaikan diri dengan lingkungan pergaulan yang juga borju.

Ketika keikhlasan mulai "terganggu", biasanya mulai muncul berbagai penyimpangan dalam dakwah. Syaikh Mushthafa Masyhur rahimahullah menjelaskan, demikian penting keikhlasan dalam berdakwah sehingga Imam Hasan Al Banna rahimahullah menjadikannya salah satu bagian dari arkanul bai'ah. Menurut beliau, pengertian ikhlas ialah menunjukkan semua ucapan, amal dan jihadnya hanya kepada Allah semata. Karena mencari ridha dan kebaikan pahalaNya tanpa mengharapkan keuntungan, popularitas, kehormatan dan reputasi. Dengan keikhlasan ini seseorang akan menjadi pengawal fikrah dan aqidah, bukan menjadi pengawal kepentingan dan keuntungan. (Fiqh Dakwah, bab "Bentuk-Bentuk Penyimpangan Dakwah")

Penyimpangan dakwah dapat berbentuk penyimpangan tujuah (ghayah), sasaran (ahdaf), iltizam atau komitmen jamaah, pemahaman (fahm), sarana (wasilah), langkah (khiththah), dll. Ustadz Abu Ridho menjelaskan berbagai jenis penyimpangan ini terutama dalam konteks kondisi terkini yang saat ini terjadi di PKS, mudah-mudahan bisa menjadi bahan renungan untuk kita semua demi perbaikan dan kebaikan jamaah dan umat ini. Amin.

Semoga Allah melimpahkan kebaikan kepada ustadz Abu Ridho, tetap istiqomah untuk menjaga kelurusan dakwah ini. - DOS


Penyimpangan-Penyimpangan Dalam Gerakan Da'wah Islam
Oleh: Abu Ridho

Alhamdulillah gerakan da'wah ini di Indonesia ini telah mencapai usia seperempat abad. Suatu usia yang tidak bisa lagi dipandang kanak-kanak. Ia telah dewasa dan melebihi usia baligh. Oleh karenanya, setiap muncul permasalahan yang menyangkut kehidupan gerakan ini mestilah diselesaikan secara mandiri dengan pendekatan yang bijak dan arif.

Berbagai peristiwa yang menghiasi perjalanan pergerakan ini, dari yang menyenangkan hingga yang menegangkan, dari masalah da'wah hingga daulah, tentu akan menjadi modal bagi proses pendewasaan gerakan da'wah ini. Beragam problema yang menggeluti pergerakan ini, niscaya akan menjadi suplemen yang akan mempercepat proses pembesaran tubuh gerakan ini, apabila disikapi secara positif.

Apabila gerakan ini istiqamah memegang prinsip-prinsip Islam dan setia mengikuti manhaj da'wah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, saya yakin, gerakan ini akan selamat mencapai tujuannya, walaupun dalam perjalanannya kerap ditimpa badai yang dahsyat. Tetapi sebaliknya, apabila gerakan ini menyimpang dari prinsip dan manhaj yang diajarkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, maka yakinlah bahwa gerakan ini tidak akan berumur panjang. Dia akan mudah jatuh terjerembab, walaupun hanya terantuk kerikil kecil.

Dalam kesempatan ini saya akan mengungkapkan beberapa bentuk penyimpangan-penyimpangan dalam gerakan Islam yang dapat menjadi batu sandungan bagi keberlangsungan gerakan da'wah Islam. Pembahasan ini sengaja saya sampaikan agar para aktifis da'wah dapat terhindar dari sandungan-sandungan yang membahayakan ini.


Jalan Da'wah adalah Jalan Satu-satunya

Tujuan da'wah Islam adalah li i'laa-i kalimatillah, untuk menegakkan syari'at Allah di muka bumi ini. Yaitu tegaknya suatu system kehidupan yang mengarahkan manusia pada suatu prosesi penghambaan hanya kepada Allah saja. Apabila syari'at Allah belum tegak, maka beragam prosesi penghambaan kepada selain Allah akan marak dan terus tumbuh subur.

Untuk mencapai tujuan tersebut, hanya ada satu jalan, yaitu: jalan da'wah. Inilah jalan yang telah ditempuh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan Rasul-Rasul sebelumnya, juga para shiddiqin, syuhada dan shalihin, sebagaimana wasiat Allah swt kepada Rasul-Nya:

"Dan inilah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah engkau ikuti jalan-jalan lain, karena itu semua akan menyesatkanmu dari jalan-Nya. Itulah yang telah diwasiatkan kepadamu agar kamu bertaqwa." (QS. Al-An'am:153)


Di atas jalan inilah Rasulullah beserta pengikut-pengikutnya melangkah, walaupun jalan tersebut berliku, terjal, penuh onak duri bahkan binatang-binatang buas yang siap menerkam. Beliau dan pengikutnya tidak akan berhenti hingga tidak ada lagi fitnah dan sistem Allah (Dienullah) tegak di muka bumi ini secara total.

"...hingga tidak ada lagi fitnah, dan Dien seluruhnya adalah milik Allah." (QS. Al-Anfal:39).


Sehubungan dengan ini Imam Hasan Al-Banna rahimahullah menyatakan, "Jalan da'wah adalah jalan satu-satunya. Jalan yang dilalui Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya.Jalan yang juga dilalui para da'i yang mendapat taufiq Allah. Bagi kita, jalan ini adalah jalan iman dan amal, cinta dan persaudaraan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengajak para sahabat kepada iman dan amal. Menyatukan hati mereka dengan jalinan cinta dan persaudaraan. Maka, terhimpunlah kekuatan aqidah yang menjadi kekuatan wahdah (persatuan). Jadilah mereka jama'ah yang ideal. Kalimatnya pasti tegak dan da'wahnya pasti menang, walaupun seluruh penduduk bumi memusuhinya."

Beliau memilih jalan yang telah dilalui Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam ini dengan berlandaskan pada tiga kekuatan: kekuatan aqidah dan iman, kekuatan wahdah dan irtibath (jalinan yang kohesif), serta kekuatan senjata dan militer.

Beliau juga menentukan tahapan-tahapan perjuangan da'wah dan aktivitas gerakan, yaitu marhalah ta'rif (tahap pengenalan), marhalah takwin (tahap pengkaderan) dan marhalah tanfidz (tahap operasional). Disamping juga menetapkan target dan sasaran yang berjenjang melalui proses tarbiyah, yaitu:

* Terbentuknya pribadi muslim yang ideal
* Terwujudnya keluarga muslim yang bertaqwa
* Terbinanya masyarakat muslim yang responsif terhadap seruan Allah
* Tegaknya pemerintahan Islam yang berlandaskan syari'at Allah.
* Tegaknya Daulah Islamiyah di bawah koordinasi Khilafah Islamiyah, hingga menjadi tauladan dunia, dengan idzin Allah.

Demikianlah beliau dengan para ikhwan lainnya memahami dan mengamalkan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Dan dalam mengorganisir gerakan da'wahnya, beliau tentukan rukun bai'at yang sepuluh (arkaul bai'at al-‘asyarah), dan menjadikan faham (pemahaman) sebagai rukun bai'at yang pertama dan utama. Kemudian meletakkan prinsip-prinsip yang dua puluh, sebagai kerangka yang menjelaskan pemahaman ini.

Gerakan Ikhwanul Muslimin yang beliau dirikan inilah yang menginspirasi munculnya gerakan-gerakan Islam lain di seluruh penjuru dunia. Termasuk gerakan-gerakan Islam di Indonesia sebagian besar merujuk pada manhaj da'wah yang dirumuskan oleh para ulama Ikhwan.


Penyimpangan Dalam Gerakan Da'wah

Setelah mengalami berbagai kendala, ujian dan cobaan, alhamdulillah gerakan da'wah kita semakin diperhitungkan oleh banyak kalangan, terutama setelah gerakan ini memasuki mihwar siyasi (orbit politik) dengan memunculkan sebuah partai da'wah. Tentu banyak nilai positif yang dapat kita petik dari kehadiran partai da'wah ini, disamping ada pula ekses-ekses negatifnya, bagi da'wah itu sendiri.

Semakin besar dukungan masyarakat terhadap partai ini, tentu semakin besar pula beban tanggung jawab yang harus dipikul. Adalah manusiawi apabila dalam proses perjalanan gerakan da'wah di ranah politik ini ada oknum-oknum aktifis da'wah (da'i) yang tergelincir dari jalan da'wah ini. Apalagi apabila partai ini semakin besar, maka kans terjadinya penyimpangan di kalangan pengurus partai pun akan semakin besar. Oleh karenanya mengetahui bentuk-bentuk penyimpangan da'wah menjadi keharusan, agar kita semua terhindar darinya.

Diantara bentuk-bentuk penyimpangan dalam gerakan da'wah ini adalah:


1. Penyimpangan dalam Ghayah (Tujuan)

Penyimpangan ini termasuk penyelewengan yang paling berbahaya. Tujuan da'wah secara moral adalah semata-mata karena Allah Ta'ala. Apabila ada motif selain itu, seperti motif-motif duniawi atau kepentingan pribadi yang tersembunyi, adalah penyimpangan.

Setiap penyimpangan tujuan, meskipun ringan atau kecil, tetap akan menyebabkan amal tersebut tertolak. Penyimpangan ini tidak harus berarti mengarahkan motif secara total ke tujuan duniawi. Tetapi sedikit saja niat yang ada di dalam hati bergeser dari Allah, maka sudah termasuk penyimpangan. Allah tidak akan pernah menerima amal seseorang kecuali yang ikhlas karena-Nya. (QS. Az-Zumar:3, 11-14, Al-Bayyinah:5)

Riya', ghurur (lupa diri), sombong, egois, gila popularitas, merasa lebih cerdas, lebih pengalaman, lebih luas wawasannya, lebih mengerti syari'ah dan da'wah, terobsesi asesoris duniawi, seperti: jabatan, kehormatan, kekuasaan, kekayaan; adalah penyakit-penyakit hati yang menyimpangkan para da'i dari tujuan da'wah yang sebenarnya.

Berda'wah itu harus bebas dari kebusukan. Barangsiapa yang berniat baik dan ikhlas, Allah akan menjadikannya sebagai pengemban da'wah. Barangsiapa menyimpan kebusukan di dalam hatinya, Allah sekali-kali tidak akan menyerahkan da'wah ini kepadanya.

Demikian pentingnya ikhlas ini hingga Imam Hasan Al-Banna rahimahullah menjadikannya salah satu dari rukun bai'at. Seluruh kader wajib berkomitmen dengannya. Menepati dan menjaganya dari segala noda, agar gerakan da'wah ini tetap bersih dan suci.

Menurut Imam Hasan Al-Banna rahimahullah, pengertian ikhlas adalah menujukan semua ucapan, perbuatan, perilaku dan jihadnya hanya kepada Allah semata; demi mencari ridha dan pahala-Nya, tanpa mengharapkan keuntungan, popularitas, reputasi, kehormatan, atau karir. Dengan keikhlasan ini seorang kader da'wah akan menjadi pengawal fikrah dan aqidah; bukan pengawal kepentingan dan keuntungan.


2. Penyimpangan dalam Ahdaf (Sasaran Utama)

Imam Hasan Al-Banna rahimahullah menjelaskan sasaran yang hendak dituju, yakni menegakkan syari'at Allah di muka bumi dengan mendirikan Daulah Islamiyah, dan mengembalikan kejayaan Khilafah Islamiyah, sembari menyerukan Islam kepada seluruh manusia.

Dalam risalahnya yang berjudul "Bayna al-Ams wa al-Yaum" ("Antara Kemarin dan Hari ini"), Imam Al-Banna rahimahullah mengatakan:

"Ingatlah! Kalian mempunyai dua sasaran utama yang harus diraih: Pertama, membebaskan bumi Islam dari semua bentuk penjajahan asing. Kemerdekaan, adalah hak asasi manusia. Tidak ada yang mengingkarinya kecuali orang zhalim, durhaka dan tiran.

Kedua, menegakkan di Negara yang dimerdekakan itu, berupa Negara Islam Merdeka, yang bebas melaksanakan hukum-hukum Islam, menerapkan sistem sosial, politik, ekonominya, memproklamirkan Undang-Undang Dasarnya yang lurus, dan menyampaikan da'wah dengan hikmah. Selama Negara Islam belum tegak, maka selama itu pula seluruh umat Islam berdosa, dan akan dimintai tanggung jawabnya di hadapan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Besar. Disebabkan keengganan mereka menegakkan syari'at dan Negara Islam, serta ketidakseriusan mereka dalam upaya mewujudkannya."


Dalam risalah Al-Ikhwan Al-Muslimun "Di bawah bendera Al-Qur'an", beliau menjelaskan tugas dan target gerakan da'wah ini:

"Tugas besar kita adalah membendung arus materialisme, menghancurkan budaya konsumerisme dan budaya-budaya negatif yang merusak umat Islam. Materialisme dan konsumerisme menjauhkan kita dari kepemimpinan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan petunjuk Al-Qur'an, menghalangi dunia dari pancaran hidayah-Nya, dan menunda kemajuan Islam ratusan tahun. Seluruh faham dan budaya tersebut harus dienyahkan dari bumi kita, sehingga umat Islam selamat dari fitnahnya.

Kita tidak berhenti sampai di sini. Kita akan terus mengejarnya sampai tempat asalnya, dan menyerbu ke markasnya, hingga seluruh dunia menyambut seruan baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian dunia ini terselimuti ajaran-ajaran Al-Qur'an, dan nilai-nilai Islam yang teduh menaungi seisi bumi. Pada saat itulah sasaran dan target kaum Muslimin tercapai."


Dalam menyoroti keadaan negeri-negeri Muslim sekarang ini beliau menyatakan dengan gamblang:

"Sungguh ini merupakan kenyataan yang dapat kita saksikan. Idealitas Undang-Undang Dasar Islam berada di satu sisi, sedangkan realitas objektifnya berada di sisi lain. Karena itu ketidakseriusan para aktifis da'wah untuk memperjuangkan diberlakukannya hukum Islam adalah suatu tindakan kriminal; yang menurut Islam tidak dapat diampuni dosanya kecuali dengan upaya membebaskan sistem pemerintahan dari tangan pemerintah yang tidak memberlakukan hukum-hukum Islam secara murni dan konsekuen."


Demikianlah ahdaf (sasaran utama) dari gerakan da'wah ini dirumuskan oleh tokoh utama dan pemimpin gerakan da'wah kotemporer, Imam Hasan Al-Banna rahimahullah.

Jadi, apabila ada aktifis da'wah (da'i) yang menyatakan bahwa partai da'wah ini tidak akan memperjuangkan syari'at Islam, dengan alasan apapun (politis maupun diplomatis), jelas telah menyimpang dan menyeleweng dari sasaran gerakan da'wah yang utama. Mestinya mereka justru menyebarkan opini tentang kewajiban menegakkan syari'ah bagi setiap muslim, secara massif, bukan malah menyembunyikanya. Apalagi di era reformasi yang setiap orang bebas bicara apa saja karena dilindungi Undang-Undang.

Kemudian, apabila partai da'wah berkoalisi dengan partai, organisasi, atau komunitas lain yang berbasis ideologi asing, juga telah menyimpang. Karena tugas gerakan da'wah Islam adalah membebaskan umat dari penjajahan atau dominasi asing, baik itu ideologi, politik, ekonomi, maupun sosial. Bukan malah bekerjasama dalam ketidakjelasan maksud dan tujuan.

Para kader da'wah atau da'i yang terpengaruh kemudian menganut paham materialisme dan gaya hidup konsumerisme juga telah menyimpang dan menyeleweng dari sasaran gerakan da'wah ini. Mereka seharusnya memberi contoh berupa keteladanan hidup yang diajarkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, sederhana dan santun dalam keinginan dan kebutuhan.

Kesalahan dan dosa mereka hanya bisa ditebus dengan menyosialisasi kewajiban menegakkan syari'at kepada seluruh elemen umat, dan memperjuangkannya dengan sungguh-sungguh; serta menghindari diri dari sikap dan perilaku materialistis dan konsumtif.


3. Penyimpangan dalam Pemahaman

Salah satu persoalan mendasar dalam gerakan da'wah adalah: Pemahaman. Pemahaman yang benar dan utuh tentang Islam dan manhaj da'wah Islam menjadi krusial, sebab kekeliruan pemahaman akan Islam dan manhaj da'wahnya menjadikan gerakan ini berbelok arah, sehingga tidak akan pernah sampai ke tujuan.

Imam Al-Banna rahimahullah memberikan perhatian yang serius terhadap persoalan pemahaman ini. Ia curahkan segenap kemampuannya untuk menyuguhkan Islam sebagaimana yang dibawa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dalam wujudnya yang bersih dari segala bentuk penyimpangan, baik dalam hal aqidah, ibadah dan syari'ah. Terhindar dari pertentangan yang dapat memecah belah umat, dan distorsi hakikat Islam yang dilakukan para musuh Islam di masa lalu maupun kini. Dan beliau menjadikan pemahaman ini rukun bai'at yang pertama dan utama.

Bentuk-bentuk penyimpangan dalam pemahaman ini, antara lain:

1. Mengadopsi pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan pemahaman yang benar tentang Islam, Al-Qur'an dan Sunnah shahih, melontarkan dan menyosialisasikan pemikiran aneh tersebut sehingga membuat bingung umat.

2. Menolak hadits-hadits shahih dan hanya menerima Al-Qur'an saja. Mengutamakan rasionalitas ketimbang hadits-hadits shahih, dan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an secara tendensius tanpa kaidah-kaidah yang benar.

3. Memaksakan semua kader da'wah untuk mengikuti satu pendapat ijtihadiyah dalam masalah furu' yang memiliki beberapa penafsiran pendapat. Pemaksaan seperti ini akan mengubah gerakan/jama'ah da'wah menjadi firqah, atau madzhab tertentu; yang bukannya tidak mungkin akan dengan mudahnya mengeluarkan statement: "Siapa yang sependapat dengan kami maka dia adalah golongan kami. Yang tidak sependapat, dia bukan golongan kami, maka pergilah menjauh dari kami."

Perlu diingat bahwa gerakan da'wah ini didirikan bukan atas dasar madzhab tertentu dalam masalah furu'. Gerakan ini harus dapat merekut semua umat Islam untuk mempersatukan mereka dalam bingkai aqidah.

Dalam menghadapi masalah-masalah furu' ini, hendaknya diambil yang lebih kuat dalil dan argumentasinya, dan tidak mengecilkan atau menyepelekan pendapat orang lain, meskipun ia berada di luar orbit gerakan da'wah ini. Islam mengajarkan kita melihat content (esensi) pendapatnya, bukan siapa yang berpendapat.

4. Memperbesar masalah-masalah juz'iyah dan far'iyah, dengan mengenyampingkan masalah kulliyat (prinsip).
Imam Hasan Al-Banna rahimahullah telah menghimbau kita agar kembali kepada kaidah bijaksana: "Hendaknya kita bekerjasama dalam hal yang disepakati, dan saling tenggang rasa dalam masalah yang masih diperselisihkan."

5. Membatasi gerakan da'wah ini membicarakan Islam dalam hal-hal tertentu yang tidak menyinggung para penguasa pemerintahan maupun para pemimpin gerakan da'wah Islam. Padahal kita diwajibkan menyuguhkan Islam secara utuh, mengajak dan mengamalkannya secara utuh pula.



4. Penyimpangan dalam Khiththah (Langkah-Langkah Strategis)

1. Mengikuti Pola Partai Politik Sekuler.

Dalam hal ini menjadikan politik sebagai panglima, bukan lagi da'wah. Menitik beratkan pada faktor kuantitas pendukung (bukan kualitas), dengan tujuan mengumpulkan suara sebanyak-banyaknya dalam pemilu.

Ini merupakan penyimpangan yang membahayakan bangunan da'wah. Sasaran kita bukan sekedar mencari orang yang mau memberkan suaranya di pemilu, tetapi kita membutuhkan orang yang siap mengorbankan harta dan jiwanya di jalan Allah.

Kita membutuhkan orang yang sabar, mau berkorban, tabah, bersedia menanggung beban-beban da'wah, memahami kepentingannya dan bertanggung jawab terhadap amanah yang dibebankan kepadanya.

Kita menginginkan orang-orang yang mencari akhirat, bukan mereka yang memburu pangkat. Kita mencari orang-orang yang rindu kampung surgawi, bukan orang-orang yang memburu kekuasaan duniawi. Kita menginginkan orang-orang yang kommit dengan nilai-nilai syar'i, bukan orang-orang yang terobsesi kursi. Kita menginginkan orang-orang yang selalu ingat akan janji Allah, bukan orang yang cepat lupa dengan janji-janji yang dia lontarkan pada waktu kampanye.

Kita tidak menginginkan gerakan da'wah ini dikuasai oleh orang-orang yang berambisi kekuasaan dan harta semata, dengan segala kewenangan dan fasilitasnya. Kita juga tidak butuh orang-orang yang gemar melakukan lompatan-lompatan yang tidak syar'i untuk meraih ambisi-ambisi pribadinya. Tetapi kita butuh orang-orang yang akan bekerja menegakkan Dienullah, dan beriltizam pada syari'at serta menjauhi cara-cara pencapaian tujuan yang tidak syar'i.

2. Mengabaikan Faktor Tarbiyah

Tiadanya perhatian yang layak terhadap tarbiyah akan menyebabkan rendahnya tingkat pemahaman setiap individu, yang pada gilirannya tidak akan melahirkan kader yang mampu membantu meringankan beban jama'ah. Tarbiyah berpengaruh terhadap ketahanan kader dalam menghadapi tantangan dan tuntutan amal di jalan da'wah, baik pada saat-saat kritis yang membutuhkan pengorbanan, maupun ketika panggilan jihad telah dikumandangkan.

Penyebab terabaikannya faktor tarbiyah:

1. Aktifitas politik mendominasi seluruh amal da'wah, sehingga waktu, tenaga, fikiran dan dana tersedot ke aktifitas tersebut.

2. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan murabbi, dan naqib, sehingga menyebabkan rendahnya kualitas pembinaan kader yang berujung pada stagnasi pertumbuhan kader.

3. Usrah atau halaqah berubah menjadi forum sosialisasi qadhaya, bukan solusi qadhaya. Usrah hanya menjadi forum mencari info dan pengumuman, padahal semestinya sebagai wadah pembinaan, pembentukan serta perbaikan akhlak, ruhani dan intelektualitas.

4. Usrah atau halaqah hanya menjadi wadah untuk membentuk kader-kader da'wah yang tak siap berdialog secara kritis dan analistis, karena lebih ditekankan metode indoktrinasi, ketimbang diskusi.

3. Mengabaikan Prinsip "The Right Man on The Right Place" dalam penyusunan struktur jama'ah da'wah.

Penyimpangan lain yang berbahaya adalah menempatkan kader pada struktur jama'ah yang tidak sesuai potensi dan kemampuannya, tetapi berdasarkan "like and dislike". Juga memberi amanah atau tugas kepada kader yang tidak sesuai dengan kompetensinya. Hal ini dapat merusak efektifitas gerakan serta menyeret pada ekses-ekses yang dapat melemahkan eksistensi jama'ah dan mempermudah timbulnya berbagai penyakit lain.

4. Menerima Prinsip dan Ideologi Sekuler

Rabbaniyah adalah prinsip dasar da'wah setiap gerakan Islam. Da'wah pada hakikatnya memperjuangkan nilai-nilai Rubbubiyah, Uluhiyah, Mulkiyah dengan cara-cara yang diizinkan Rabb dan dicontohkan oleh Rasul-Nya, oleh kader-kader Rabbani (para Murabbi dan mutarabbi), demi mencari ridha Allah. Dengan demikian kita tidak boleh menerima prinsip dan ideologi Sekularisme, Nasionalisme, Pluralisme, Liberalisme, Komunisme, Kapitalisme juga Sosialisme, walaupun diberi embel-embel Islam di belakangnya.

5. Membiarkan Jama'ah Dipimpin dan Dikuasai Orang yang Tidak Jelas

Gerakan Islam harus memiliki kepribadian Islam yang jelas, dalam pemahaman, tujuan, langkah dan keputusan-keputusannya. Ia tidak boleh tunduk kepada penguasa. Tidak boleh tergiur oleh harta dan tahta. Musuh-musuh gerakan Islam memiliki cara tertentu untuk menghancurkan gerakan da'wah. Apabila cara-cara fisik dianggap tidak efektif meredam laju gerakan da'wah, maka adakalanya mereka menggunakan cara yang lebih halus tetapi daya rusaknya hebat. Seperti misal, menyusupkan agen intelijen ke dalam saf gerakan Islam. Agen ini berusaha untuk diterima seluruh elemen jama'ah, menempel pada qiyadah jama'ah, mempengaruhinya dalam setiap pengambilan keputusan, dan secara licin dan lihai membelokkan arah gerakan ini menuju lembah kebinasaan. Sejarah keruntuhan kekhalifahan Utsmaniyah di Turki, karena disusupi intelijen Yahudi, mestinya menjadi pelajaran berharga bagi setiap gerakan Islam.

6. Berpartisipasi dalam Pemerintahan yang Tidak Menjalankan hukum Allah

Pada dasarnya kita tengah berupaya menjalankan hukum Allah dan tidak akan menyetujui hukum atau aturan apapun yang bertentangan dengan syari'at Allah.

Tidak dapat dibenarkan kader gerakan Islam ikut masuk dan berpartisipasi dalam pemerintahan yang tidak menjalankan syari'at Islam, apalagi apabila dia tidak mampu mempengaruhi pemerintahan tersebut, dan bahkan menjadi terpengaruh oleh sistem yang tidak islami. Sikap ini termasuk penyimpangan dari tujuan gerakan Islam ini.

Mungkin dalam situasi kondisi tertentu, atas izin jama'ah, setelah melalui pertimbangan syari'ah dan politik yang matang, diperlukan ikut serta dalam pertimbangan. Dengan pengertian pemerintahan tersebut dalam transisi menuju terbentuknya sistem pemerintahan Islam yang sempurna. Hal ini dapat dibenarkan dengan syarat ada kontrak politik tertulis berupa jaminan bahwa pemerintah setuju untuk mewujudkan hal tersebut. Hal ini tidak boleh diserahkan kepada ijtihad pribadi. Apabila kesepakatan itu dilanggar, maka kita harus segera melepaskan diri dari partisipasi tersebut, agar tidak tertipu dan tergelincir dari tujuan gerakan da'wah yang mulia ini.

7. Berkoalisi dengan Pihak Lain dengan Mengorbankan Prinsip dan Tujuan Da'wah

Dengan sebab dan alasan apapun, tidak dibenarkan mengadakan koalisi dengan pihak-pihak yang tidak memiliki kesamaan ideologi, visi dan misi dalam memperjuangkan tegaknya syari'at Allah. Apalagi jika koalisi tersebut harus mengorbankan prinsip-prinsip Islam yang akan diwujudkan melalui perjuangan kita selama ini.

"Mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak, maka mereka pun bersikap lunak pula kepadamu." (QS. Al-Qalam:9)


Begitu pula, tidak dibenarkan melakukan koalisi sdengan mengorbankan sasaran dan target yang selama ini kita berusaha mencapainya. Kalau hal ini dilakukan, berarti kita telah menjurus kepada penyimpangan dan pergeseran dari prinsip, serta menyeret semua amal dan pengorbanan ke arah yang tidak benar. Bahkan meratakan jalan bagi musuh untuk menguasai dan menentukan arah dan langkah pergerakan kita.

Karena itu, menjadi kewajiban kita semua untuk mengingatkan agar jangan mengangkat orang-orang yang tidak jelas ideologi perjuangannya menjadi pemimpin. Jangan memberi dukungan kepada orang-orang yang zhalim dan korup. Jangan tunduk kepada mereka karena iming-iming harta dan posisi. Jangan mengadakan perjanjian yang akan membahayakan eksistensi gerakan Islam. Mari kita berhati-hati, dan tidak memberikan kepercayaan, dukungan dan loyalitas kepada musuh-musuh Allah. Allah telah mengingatkan:

"Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, walaupun orang-orang itu bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, atau kerabat mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan ke dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. Mereka akan dimasukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pu ridha terhadap Allah. Mereka itulah Hizbullah (Partainya Allah). Ketahuilah bahwa sesungguhnya Partai Allah itulah yang akan memperoleh kemenangan." (QS. Al-Mujadalah:22)


8. Mengabaikan Prinsip dan Keputusan Syura

Allah mewajibkan syura kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, meskipun beliau telah mendapat wahyu. Beliau selalu melaksanakan syura bersama para sahabatnya karena perintah Allah dan sebagai tasyri' bagi umat Islam. Untuk itulah, beliau mengikuti pendapat Habbab dalam perang Badar, dan mengikuti usulan Salman dalam perang Khandaq.

Syura penting kedudukannya dalam gerakan Islam dan "amal jama'i". Dengan syura akan diperoleh pendapat yang lebih matang dan benar. Ia memberi kesadaran akan dasar-dasar keikutsertaan dalam tanggung jawab. Syura juga menumbuhkan suasana saling percaya dan kerjasama antara semua anggota jama'ah.

Setiap individu dalam gerakan Islam dituntut agar bersifat positif dan aktif dalam da'wah. Ia harus ikut memikirkan, memberikan pandangan-pandangan dalam mewujudkan kemanfaatan, menghindari kemuidharatan, serta membantu qiyadahnya dengan pemikiran, ide, gagasan, serta nasihat, sesuai dengan adab da'wah.

Kepada para qiyadah, apapun jabatannya, harus bermusyawarah dengan para kadernya. Memanfaatkan pandangan dan pemikiran mereka dalam menghadapi persoalan dan kemelut. Berlapang dada dalam menerima nasihat yang diberikan kader, walaupun dirasa pahit dan caranya kurang berkenan, agar da'wah tidak kehilangan kebaikan yang terkandung di dalam nasihat tersebut.

Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kedua amirul mukminin Abu Bakar radhiyallahu 'anhu dan Umar radhiyallahu 'anhu yang ketika memberi sambutan di hari pelantikannya sebagai Khalifah, keduanya meminta teguran rakyat atas segala bentuk penyelewengan.

Amirul mukminin Umar radhiyallahu 'anhu bersikap lapang dada terhadap seorang rakyat yang berkata lantang kepadanya di hadapan masyarakat banyak: "Kalau kami melihat Anda melakukan penyimpangan, maka kami akan meluruskannya dengan pedang kami!"

Pelanggaran terhadap prinsip dan keputusan syura yang dilakukan qiyadah, apapun jabatannya, ilmu dan keahliannya, disamping menyimpang dari khiththah perjuangan, juga berarti pengkhianatan terhadap misi da'wah.

Begitu pula bagi para kader yang bersikap pasif, tidak memberikan pendapat, masukan dan nasihat kepada qiyadah, serta merasa tidak bertanggung jawab atas masalah tertentu yang strategis, adalah bentuk penyimpangan dan pelanggaran atas prinsip syura dalam da'wah.

Di antara bentuk penyimpangan lain dari prinsip syura yang berbahaya adalah menjadikan syura sebagai formalitas belaka yang kering dari esensi. Ada Majelis Syura, namun pembentukannya diintervensi dan keputusannya direkayasa oleh pihak-pihak tertentu. Islam menolak segala bentuk manipulasi dan penipuan. Sangat ketat dalam proses pemilihan anggota Majelis Syura, karena mereka bukan saja bertanggung jawab kepada jama'ah; tetapi juga kepada rakyat dan yang paling penting kepada Allah Yang Maha Tahu. Pemilihan anggota majelis syura harus melibatkan semua kader dan elemen jama'ah, dengan mempertimbangkan kebenaran, keadilan dan keridhaan Allah, bukan keridhaan qiyadah. Barangsiapa melanggar hal ini, berarti telah mengkhianati Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman.


Demikianlah sebagian dari bentuk-bentuk penyimpangan dalam gerakan Islam yang dapat menggelincirkan kita dari tujuan da'wah yang mulia dan suci. Mudah-mudahan Allah Azza wa Jalla melindungi kita dari hal-hal tersebut di atas. Hasbunallahu wani'mal wakil, ni'mal mawla wa ni'man-nashir.

Wallahu a'lam bish-shawwab.

Baca Selengkapnya ...

Sunday, April 13, 2008

Melawan “Fitna” Dengan “Ayat-ayat Cinta”

Posted by: "Atmoon" atmoon.geo@yahoo.com atmoon.geo
taken from milist myquran
Tadi malam (10/4/08) saya nonton perdebatan seru di Acara Padamu Negeri yang disiarkan oleh Metro TV. Acara itu menghadirkan tiga kelompok peserta yaitu dari Mahasiswa IKJ, Komunitas Islam Liberal, dan Komunitas Pengamat Film Matahari (lupa nih tau bener nggak namanya). Diskusi yang cerdas itu dihadiri oleh nara sumber Prof Komaruddin Hifayat dan salah seorang pengamat perfileman yang saya lupa namanya.

Topik yang didiskusikan adalah tentang Film Fitna yang belum lama beredar menjadi perbincangan dan menuai banyak protes dari berbagai kalangan, baik dari Umat Islam maupun bukan. Yang dibincangkan dalam diskusi sangat menarik. Masing-masing pihak, dipandu dengan hasil pooling sebagai pengarah diskusi, menuangkan argumentasinya. Ada yang cerdas dan pandangannya menyeluruh dan ada juga yang sangat reduksionis.

Yang sagat saya sayangkan pandangan Islam Liberal justru termasuk kelompok
pandangan yang reduksionis itu sehingga seorang peserta menampik latar belakang motivasional yang sebenarnya sangat penting dalam mendiskusikan suatu hasil karya apapun juga. Untungnya, nara sumber yang menjadi penengah yang berasal dari kalangan pengamat perfilman menjelaskan dengan gamblang kalau sisi motivasional dalam menilai suatu karya film maupun karya apapun juga sangat penting. Demikian juga ketika menilai film Fitna dan alasan dari pembuatnya yaitu politikus sayap kanan Belanda yang ternyata jauh-jauh hari sebelum film itu dibuat melakukan 41 satu kali kunjungan ke negara Israel yang sampai hari ini bergolak. Jadi, latar belakang psikologis di pembuat film sangat penting diketahui untuk mencari tahu motif yang melatarbelakanginya. Jawaban yang jitu itu memang akhirnya bisa menjelaskan kalau meskipun faktanya sedikit sebenarnya seseorang dapat menarik kesimpulan dari suatu karya seseorang dengan mengetahui riwayat historis pembuatnya, dna demikian sisi psikologisnya. Jadi ilmu untuk mencari motifasi dengan meneliti sejarah riwayat hidup si pembuat karya akan mengungkap motif dasar sebenarnya. Sebenarnya ilmu ini bagian dari ilmu psikologi dan sudah jamak diketahui karena filmnya sudah dibuat sebagai film thriller yaitu Profiler. Saya heran sekaligus terkejut kalau cara berpikir seseorang dari kalangan intelek Islam Liberal bisa menjadi sangat reduksionis padahal banyak hal bisa diungkapkan dengan meneliti background seseorang. Mungkin kuper aja yang ikut diskusi, pikir saya sambil terus menikmati diskusi tersebut.

Sebenarnya saya menunggu-nungu suatu ide cemerlang yang sederhana dari kalangan perfileman khususnya dari kalangan mahasiswa IKJ yang ikut serta dalam diskusi. Tapi sampai akhir diskusi ide sederhana tersebut nampaknya tidak terlintas di pikrian peserta diskusi.

Ide yang saya maksud sebenarnya berhubungan dengan teknik perfileman itu sendiri yaitu bisakah film Fitna disebut sebuah karya seni film? Kalau bisa apa yang menjadi patokannya dan kalau tidak apa yang menyebabkan film itu menjadi super heboh dan memberikan dampak luas meskipun filmnay berkualitas rendah secara teknis? Tujuan pertanyaan itu sebenarnya akan mengarah pada peran media massa dan histeria massa dari kalangan umat Islam sendiri yang nampaknya emosinya masih tidak stabil dan mudah terpancing dengan sesuatu yang sebenarnya tidak perlu banyak diributkan. Tapi
ini zaman internet bung! Pikir saya, jadi kepopuleran film Fitna sebenarnya memang disengaja sebagai promosi negatif dengan memanfaatkan internet meskipun dari segi kualitas seni film sebenarnya tidak layak menjadi kajian insan perfileman. Namun, dari segi dampak dan akibatkannya, karena publikasi media massa yang semakin terbuka dan meluas dengan internet, menjadi menarik perhatian. Sekilas kesimpulan ini muncul dari peserta diskusi yang berasal dari kalangan film. tetapi hanya sebatas penjelasan kalau banyak yang bisa diperbuat oleh sebuah film, tanpa memberikan kriteria film yang bagaimana? Jadi, dimensi etik dan moral dan hubungannya dengan karya seni luput dari perhatian dalam diskusi yang memang sangat singkat, padat dan terarah oleh polling itu dimana kesimpulan umumnya film itu biarkan saja beredar tak perlu dibredel.

Menyangkut film, pikiran saya kemudian melayang ke ide kedua yang luput dalam diskusi tersebut yaitu film Ayat-ayat Cinta sebagai pembanding langsung sekaligus tandingan langsung antara film propaganda dan film hiburan yang mempunyai nilai estetika dan tentu saja mempunyai agenda yang jelas dan memberikan keuntungan finansial.

Berbeda dengan film Fitna yang membuat hingar bingar emosional banyak kalangan, maka film Ayat-ayat Cinta juga membuat hingar bingar dengan tambahan mengharu biru karena kisahnya menarik banyak penonton dan membangun imajinasi yang indah tentang kehidupan dan cinta kasih sesama manusia.

AAC juga diminati oleh berbagai kalangan. Bahkan, menurut catatan beberapa milis yang sempat mencatat berbagai komentar film Ayat-ayat Cinta, berbagai komentar datang bukan saja dari Indonesia, tapi juga berbagai media masa di luar Indonesia seperti di Australia, Timur Tengah dan negara lainnya. Komentar tentang film ini dapat dilihat di tulisan saya terakhir di Blog dengan judul Ketika Cinta Mengalahkan Horror (http://atmoon.multiply.com). Tulisan iseng itu hanya mengulas suatu tanda kalau film2 Horror di Indonesia mungkin dalam beberapa waktu mendatang akan menghilang dan digantikan dengan film Cinta.

Keberhasilan secara kreatif, hiburan dan finansial yang disajikan oleh AAC sebenarnya merupakan kebalikan dari film Fitna yang berhasil dari sisi membuat kehebohan di dunia. Sisi positif mungkin hanya bisa muncul jika Umat Islam sendiri mampu mengambil hikmah dan pelajaran bahwa di balik kebencian yang dipertontonkan kepada Umat islam terdapat hikmah juga asalkan Umat sadar secara teknis maupun konseptual kalau film Fitna dan media internet hanyalah sekedar alat semata yang dapat diekpoitasi oleh siapa saja. The man behind the gun.

Film Ayat-ayat Cinta yang populer kalau penonton dan pembuatnya sadar sebenarnya dapat digunakan sebagai sarana untuk mengcounter film Fitna dengan cara yang elegan dimana nilai-nilai universal Umat Islam sejatinya adalah Cinta Kasih pada semua makhluk seperti dicantumkan dalam Ummul Kitab al-Qur'an yaitu Kalimat Bismillahir al-Rahmaan al-Rahiim. Poin inilah yang lupus di ulas lebih jauh dalam diskusi-diskusi film Fitna sampai-sampai lupa kalau film tandingan untuk mengcounter dampak Film Fitna adalah Film Ayat-ayat Cinta. Setidaknya, AAC menjadi salah satu saja cara untuk mengcounter propaganda negatif.

Sejauh ini saja belum membaca komentar dan ulasan dari media massa Eropa atau Amerika yang mengulas film Ayat-ayat Cinta. Mudah-mudahan ada pihak-pihak yang benar-benar menyadari pentingnya pemutaran fil AAC di publik Eropa maupun Amerika untuk meredam kehebohan film Fitna . Film AAC menampilkan sisi lain dari Umat Islam yang jarang ditampilkan yaitu pokok pangkal al-Qur'an sendiri yaitu Cinta sebagai Rahmaat yang tidak lain adalah bentuk-bentuk tafsiran mental dari Firman Bismillahir al-Rahman al-Rahim.

Mari kita tunggu siapa yang berani memutar film Ayat-ayat Cinta di Belanda dan negara Eropa lainnya maupun di Amerika, kan disana banyak komunitas Islam juga. Jadi, kalau di putar disana , jika tak ada diskriminasi, saya percaya kalau cara-cara penyampaiannya tepat, promosinya, perencanaan penayangannya direncanakan dengan matang, AAC pasti untung dan bisa mengguncangkan hati semua manusia dimana saja, bukan saja di Eropa sebagai target operasi penayangan AAC tapi di seluruh muka bumi ini yang hakikatnya adalah buah dari suatu Cinta Yang Lebih Luhur yaitu Cinta Ilahi untuk menampilkan bukti yang nyata kalau Kehidupan Yang Berkualitas dengan adanya Cinta Kasih Universal adalah Utusan Allah, Yang Maha Esa, Yang Nyata, Yang Maha Hidup.

@mnadi
personal blog : http://atmoon.multiply.com
fav website : http://www.myquran.com

Baca Selengkapnya ...

Thursday, April 10, 2008

Berharap pada .......

Buletin AL-Islam Edisi 400

Dukungan dan kepercayaan rakyat saat ini terhadap partai-partai politik
yang ada secara umum mengalami penurunan, tidak terkecuali partai-partai
Islam. Kesimpulan itu sudah ditunjukkan oleh hasil jajak pendapat Lembaga
Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES)
menjelang Pemilu 2004. Hasilnya, 60% responden menyatakan tidak puas
dengan hasil Pemilu 1999. Kekecewaan terhadap kinerja parpol kembali
terlihat dari hasil survei Indo Barometer yang dilakukan di 33 provinsi di
seluruh Indonesia dalam kurun waktu 26 November hingga 7 Desember 2007.
Hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat (54,6%) menilai kinerja
partai politik masih buruk dan tidak memuaskan publik.


Faktor Penyebab

Mengapa mayoritas rakyat kecewa dengan partai-partai yang ada, tak
terkecuali partai-partai Islam? Pertama, karena perolehan suara dalam
Pemilu, perolehan kursi di lembaga legislatif ataupun jabatan kekuasaan di
eksekutif (pemerintahan) seolah menjadi tujuan partai itu sendiri. Tidak
aneh jika berbagai cara ditempuh meski harus mengorbankan idealisme bahkan
ideologi partai. Koalisi antarparpol di tingkat pusat maupun daerah
menjadi kendaraan politik baru untuk memenangkan calon yang dimajukan.
Partai-partai Islam atau yang berbasis massa Islam pun tidak canggung
berkoalisi dengan partai sekular.

Kedua, partai-partai yang ada gagal menunjukkan keberpihakan secara
konsisten terhadap kepentingan dan nasib rakyat. Dalam kasus kenaikan
harga BBM tahun 2005 yang rata-rata lebih dari 100%, misalnya, tidak
terlihat adanya penolakan secara konsisten dari partai-partai yang ada.
Begitu pula dalam kasus impor beras, lumpur Lapindo atau masalah
pornografi-pornoaksi yang memiliki dampak negatif sangat besar bagi
masyarakat.

Ketiga, keberadaan partai sering hanya dijadikan sebagai kendaraan untuk
mencari sumber kekayaan oleh para kadernya. Sudah menjadi rahasia umum
bahwa aroma uang selalu menyertai proses-proses politik dan jabatan yang
selama ini terjadi. Karena itu, tidak aneh jika mereka terlihat seru dan
bersemangat ketika membahas UU Pemilu atau UU yang terkait dengan
tunjangan, gaji dan fasilitas untuk wakil rakyat. Sebaliknya, mereka
begitu mudah menyerah atau bahkan sejak awal setuju dengan berbagai RUU
yang lalu disahkan menjadi UU yang banyak merugikan masyarakat seperti UU
SDA, UU Migas, UU Kelistrikan, UU Penanaman Modal, dll. Mereka juga
cenderung pasif menyoal privatisasi, penyerahan kekayaan alam milik rakyat
kepada asing seperti Blok Cepu kepada Exxon, dll.

Berharap pada Partai Islam

Allah SWT berfirman:

Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyerukan kebajikan
dan melakukan amar makruf nahi mungkar; merekalah orang-orang yang
beruntung. (QS Ali Imran [3]: 104).

Terkait dengan ayat di atas, beberapa mufassir seperti al-Qurthubi,
ath-Thabari dan al-Baidhawi dalam kitab tafsirnya masing-masing
menafsirkan, bahwa ayat ini menegaskan perintah Allah kepada kaum Muslim
untuk mewujudkan adanya kelompok/jamaah untuk menjalankan dua fungsi:
menyerukan al-khayr dan melakukan amar makruf nahi mungkar.

Kata al-khayr menurut Imam Jalalain berarti al-Islām (Tafsir Jalālayn,
hlm. 58) sehingga makna da'wah ilā al-khayr adalah mendakwahkan Islam.
Adapun Imam Ibnu Katsir menyebutkan bahwa al-khayr adalah mengikuti
al-Quran dan as-Sunnah. (Ibnu Katsir, Tafsīr al-Qur'ān al-'Azhīm, I/478).

Kelompok/jamaah yang dituntut dalam ayat di atas haruslah berbentuk
partai politik. Hal ini dipahami dari fungsi kedua dari kelompok itu,
yaitu amar makruf nahi mungkar. Cakupan amar makruf nahi mungkar amat
luas, termasuk menyeru para penguasa agar melaksanakan syariah Islam dan
melarangnya menjalankan sesuatu yang bertentangan dengan syariah Islam.
Aktivitas demikian merupakan aktivitas politik sekaligus termasuk
kegiatan politik yang amat penting, yang menjadi ciri utama kegiatan
sebuah partai politik.

Atas dasar itu, partai politik Islam adalah partai yang berideologikan
Islam, yang berjuang untuk menerapkan sistem yang diatur oleh syariah Islam.

Karakter Partai Islam

Partai yang berideologi Islam seharusnya memiliki beberapa karakter, di
antaranya:

(1) Dasarnya Islam. Islam bukan hanya menjadi dasar, tetapi sekaligus
menjadi panduan partai untuk membangun pandangan, pemikiran dan hukum yang
diadopsi dan diperjuangkannya.

(2) Kader-kadernya berkepribadian Islam. Mereka berpikir dan berbuat
berdasarkan Islam. Mereka pun menjadi sumberdaya manusia (SDM) yang siap
untuk menerapkan syariah Islam. Ikatan yang menyatukan mereka bukan
kepentingan atau uang melainkan akidah Islam. Dengan begitu, mereka akan
menjadi kader-kader yang ikhlas dan berjuang tanpa pamrih.

(3) Memiliki kepemimpinan Islam. Islam hanya mengenal kepemimpinan tunggal
(al-qiyadah al-fardiyyah). Kepemimpinannya dibangun dengan pemikiran Islam
dan ditaati selama tidak menyimpang dari Islam.

(4) Memiliki konsepsi (fikrah) yang jelas terkait berbagai hal. Partai
Islam harus memiliki konsepsi yang jelas tentang sistem ekonomi,
pemerintahan, sosial, pendidikan, sanksi hukum dan sistem politik luar
negeri Islam. Konsepsi inilah yang disosialisasikan kepada masyarakat
hingga mereka menjadikan penerapan semua sistem tersebut sebagai kebutuhan
bersama. Syariah Islam inilah yang diperjuangkan untuk ditegakkan.
Konsepsi ini tidak akan dapat dilakukan kecuali dengan adanya metode
operasional (tharīqah)-nya. Metode operasionalnya tak lain adalah
pemerintahan yang menerapkan Islam. Itulah Khilafah Islam, yang harus
menjadi satu-satunya metode penerapan Islam yang harus diperjuangkan oleh
partai Islam.

(5) Mengikuti metode yang jelas dalam perjuangannya sebagaimana yang
dilakukan oleh Rasulullah saw.

(6) Melakukan aktivitas: (a) Membangun tubuh partai dengan melakukan
pembinaan secara intensif sehingga menyakini ide-ide yang diadopsi partai;
(b) Membina umat dengan Islam dan pemikiran, ide serta hukum syariah yang
diadopsi oleh partai sehingga tercipta opini umum tentang syariah Islam
sebagai solusi untuk menyelesaikan masalah umat dan penerapan syariah
islam secara kaffah dalam wadah Khilafah; (c) Melakukan perang pemikiran
dengan semua ide, pemikiran, aturan yang bertentangan dengan Islam; (d)
Melakukan koreksi terhadap penguasa yang tidak menerapkan Islam atau
menzalimi rakyat; (e) Perjuangan politik melawan negara kafir penjajah dan
para penguasa yang zalim.

Peta Jalan Perjuangan Partai Islam

Agar cita-cita perjuangan partai Islam tersebut benar-benar bisa
diwujudkan, sebagaimana yang telah diraih oleh Rasulullah saw., maka peta
jalan perjuangan Beliau pun mutlak dijadikan sebagai peta jalan perjuangan
mereka:

(1) Dimulai dari pembentukan kader yang berkepribadian islami melalui
pembinaan intensif dengan materi dan metode yang khas. Proses ini akan
menjadikan rekrutmen kader parpol Islam tidak pernah surut; bukan kader
yang berambisi untuk mendapatkan kursi melainkan kader perjuangan yang
ikhlas dalam menegakkan Islam demi kemaslahatan manusia.
(2) Membina umat agar kesadaran mereka tentang Islam secara kaffah
terbentuk. Islam yang disampaikan harus selalu aktual. Karena itu, setiap
pemikiran, pandangan dan hukum Islam yang disampaikan harus selalu
dikaitkan dengan realitas yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Misalnya, bagaimana Islam menyelesaikan krisis energi, kenaikan harga
listrik, BBM, penjualan kekayaan rakyat kepada asing, tekanan IMF,
penghinaan terhadap Nabi, al-Quran, Islam, dan lain-lain. Dengan begitu,
Islam benar-benar hidup di tengah-tengah umat. Selain itu, sebagai entitas
pemikiran, partai Islam harus selalu membuat komentar, analisis dan sikap
politik terkait hal-hal tersebut agar umat selalu mendapat pencerahan.
Juga, dilakukan koreksi terhadap kebijakan penguasa serta membongkar
rencana jahat negara asing. Dengan cara seperti ini rakyat memiliki sikap
politik sesuai dengan pandangan Islam terhadap berbagai peristiwa yang
terjadi.
(3) Membangun kekuatan politik melalui pembesaran tubuh partai agar
kegiatan pengkaderan dan pembinaan umum dapat dilakukan dengan lebih
intensif hingga terbentuknya kekuatan politik. Kekuatan politik adalah
kekuatan umat yang memiliki kesadaran politik Islam, yakni kesadaran
bahwa kehidupan bermasyarakat dan bernegara harus diatur dengan syariah
Islam. Karena itu, harus ada upaya penyadaran politik Islam masyarakat
secara terus-menerus, yang dilakukan oleh parpol Islam dan seluruh
kadernya. Makin banyak kader, makin cepat kesadaran terbentuk sehingga
kekuatan politik juga makin cepat terwujud. Di sinilah agregasi dan
artikulasi kepentingan rakyat terjadi. Apa yang menjadi kepentingan rakyat
tersebut pada akhirnya tidak lepas dari tuntutan dan tuntunan Islam.
(4) Massa umat yang memiliki kesadaran politik Islam menuntut perubahan
ke arah Islam. Di sinilah penggabungan kepentingan (interest aggregation)
dan perumusan kepentingan (interest articulation) benar-benar dilandaskan
pada Islam dan diperjuangkan bersama antara partai Islam dengan rakyat.
Dengan dukungan seluruh kekuatan umat, baik polisi, militer, politisi,
konglomerat, tokoh masyarakat, media massa dan sebagainya maka cita-cita
perjuangan parpol Islam tersebut, dengan izin dan pertolongan Allah, pasti
akan terwujud. Pada saat itulah, syariah Islam secara kaffah benar-benar
tegak di atas landasan keyakinan umat, dan negara yang mengadopsi,
menerapkan dan mengembannya pun akan menjelma menjadi negara adidaya
dunia, sebagaimana sejarah Khilafah Islam di masa lalu.

Peta jalan perjuangan tersebut merupakan peta jalan damai dan alami, bukan
sesuatu yang mengkhawatirkan apalagi menakutkan. Sebab, inti dari metode
ini adalah kesadaran umat dan tuntutan umat demi kemaslahatan bersama
seluruh umat manusia. Pada titik inilah, justru Islam rahmatan lil 'alamin
akan benar-benar bisa diwujudkan.

Dengan solusi syariahnya yang cerdas dan bisa diterapkan oleh negara,
seperti menjamin kebutuhan pokok tiap individu masyarakat, maka agenda
aksi parpol Islam bukan sekadar isu moralitas dan sentimen keagamaan
semata. Lebih dari itu, isu-isu mendasar yang menyangkut hajat hidup
individu (seperti sandang, pangan dan papan) serta hajat hidup masyarakat
(seperti pendidikan, kesehatan dan keamanan) pun dengan gigih
diperjuangkan.

Demikianlah seharusnya partai politik Islam. Kehadirannya didambakan oleh
rakyat yang menginginkan hidup sejahtera di dunia dan akhirat. Wallāh
a'lam bi ash-shawāb. []

KOMENTAR:

Demokrasi Harus Disehatkan (Kompas, 8/4/2008).

Ingat, demokrasi adalah sistem politik yang cacat sejak lahir dan hanya
melahirkan banyak kontradiksi

Baca Selengkapnya ...

Tuesday, April 8, 2008

Lets Exercise Our faith & trust!

Al Baqarah 286
On no soul doth Allah place a burden greater than it can bear. It gets every good that it earns, and it suffers every ill that it earns. (Pray:) "Our Lord! Condemn us not if we forget or fall into error; our Lord! Lay not on us a burden like that which Thou didst lay on those before us; our Lord! lay not on us a burden greater than we have strength to bear. Blot out our sins, and grant us forgiveness. Have mercy on us. Thou art our Protector; help us against those who stand against Faith."
A man was sleeping at night in his cabin when suddenly his room filled with light, and Angle appeared. Angle told the man He had work for him to do, and showed him a large rock in front of his cabin.
The Angle explained that the man was to push against the rock with all his might. So, this the man did, day after day. For many years he toiled from sun up to sun down,
his shoulders set squarely against the cold, massive surface of the unmoving rock, pushing with all of his might. Each night the man returned to his cabin sore and worn out, feeling that his whole day had been spent in vain.
Since the man was showing discouragement, the Adversary (Satan) decided to enter the picture by placing thoughts into the weary mind:
"you have been pushing against that rock for a long time, and it hasn't moved."
Thus, giving the man the impression that the task was impossible and that he was a failure. These thoughts discouraged and disheartened the man.
"Why kill myself over this?" he thought. "I'll just put in my time, giving just the minimum effort; and that will be good enough."
And that is what he planned to do, until one day he decided to make it a matter of prayer and take his troubled thoughts to God.
"God," he said, I have labored long and hard in your service, putting all my strength to do that which you have asked. Yet, after all this time, I have not even budged that rock by half a millimeter. What is wrong? Why am I failing?"
Angle responded compassionately,

"My friend, when I asked you to serve God and you accepted, I told you that your task was to push against the rock with all of your strength, which you have done.
Never once did I mention to you that I expected you to move it! Your task was to push.
And now you come to me with your strength spent, thinking that you have failed. But, is that really so? Look at yourself. Your arms are strong and muscled, your back sinewy and brown, your hands are callused from constant pressure, your legs have become massive and hard.
Through opposition you have grown much, and your abilities now surpass that which you used to have. Yet you haven’t moved the rock. But your calling was to be obedient and to push and to exercise your faith and trust in my wisdom. This you have done.
Now I, my friend, will now move the rock."
******************************
At times, when we hear a word from God, we tend to use our own intellect to decipher what He wants, when actually what God wants it’s just a simple obedience and faith in Him. By all means, exercise the faith that moves mountains, but know that it is still God who moves mountains.
When everything seems to go wrong just PUSH!
When the job gets you down ... just PUSH!
When people don't react the way you think they should...just PUSH!
When your money looks "gone"; and the bills are due... just PUSH!
When people just don't understand you ... just PUSH

Baca Selengkapnya ...