Thursday, December 17, 2009

Muhasabah Dodol Mbak Icus ^_^



Setelah baca catatannya mbak Wulan di milis menggugah niat ku untuk menulis kembali. Setelah diingat-ingat rasanya sudah lamaaaaaaaaa sekali diri ku tidak membuat resolusi tahun baru (ya iyalah gmana ga males, kalo akhirnya resolusi hanya jadi resolusi, kalo tahun baru udah lewat sebulan, lupa ama resolusinya ) tapi sebelum itu muhasabah dulu deh ye... Muhasabanya dimulai dari hilangnya kebiasaaan - kebiasaan baik yang dulu sempat ku punya dan hampir membuat teman - teman ku ngiri abis.

Puasa sunnah yang dlu adalah ibadah yang hampir tak pernah absen minimal dua hari sebulan kini hampir blas, paling sekali-sekali kalo pas pengeeeeeeeen banget, baru deh puasa. Qiyamul lail, beh ini lagi. sejak kuliah tahun kedua knapa dirikyu mulai ancur-ancuran yach??? usut punya usut, itu karena sejak tahun kedua kuliah aku udah ga ngaji lagi alias absen halaqah.

Sebenernya sih abis lebaran idul fitri kemaren udah dapet tempat ngaji di perumahan tempatnya ummu Faris, tapi...... sayang seribu sayang waktunya bentrok ama jam kantor, secara hari jumat, akhir minggu kerjaan seolah ga pernah ada habisnya dan ga bisa ditinggal dengan alasan URGENT!!!!! jadilah aku hanya smepet datang dihari pembukaan liqa, dan sudah hampir dua bulan absen lagi.... Maap ya Mom....

Oh ya, dlu aku pernah punya impian membuat perpustakaan mini dirumah, akhirnya untuk merealisasikan mimpi itu, aku membuat janji pada diriku, bahwa bila aku sudah bekerja nanti (ceritanya obsesi ini terjadi pada waktu masih nganggur dan kerjaannya dirumah baca buku, hasil minjem di perpustakaan Daerah Sidoarjo) setiap bulan aku musti beli buku minimal satu buku. akhirnya sih iya setiap bulan pasti beli buku tapi ya itu, setahun kok ya buku ku kok masih segitu aja, padahal kalo duit masih sisa di akhir bulan pasti dibeliin buku, jadilah kadang sebulan beli tiga buku... Ternyata sodara-sodara beberapa buku ku emang tidak kembali setelah di pinjem teman-teman ku.

Nah cerita itu juga berawal dari mimpi ku yang laen... Secara sebagai muslim punya kewajiban untuk berdakwah, sedangkan diriku sadar bahwa aku orangnya tidak pandai berbicara dan tawaran untuk ngisi liqa di skul ku tolak mentah-mentah karena aku tidak berani ( ga kuat tanggung jawabnya bo... ). Akhirnya aku menemukan cara yang lebih oke (menurut ku sih :-D :-P). Berdakwah dengan meminjamkan buku-buku islam. Namun ternyata.... buku-buku ku banyak yang hilang tanpa jejak, tapi berhubung niatnya dakwah, ya di ikhlasin aja, selama yg minjem bilang terus terang kalo bukunya ilang, lupa karena dipinjemin lagi ato apalah, yang peling sebel dan susah buat maapinya itu gara-gara udah buku ga balik ga minta maap, bilang balikin minggu depan, minggu depannya bilang minggu depannya lagi. di datengin kerumahnya, minta tlg temen yg rumahnya deket eh malah yg temen yg nolongin ngingetin malah di marah-marahain gila khan tuh anak. mana udah tak telpon berkali-kali malah nyodorin ke kakaknya buat jawab, aku di omelin lagi.
ampun deh sama anak yang atu ini. malah bikin ati tambah sakit, udahlah kuserahkan semua urusan ku dengan anak ini sama Allah aja, terserah yang pasti aku sama sekali tidak terima sama perlakuannya pada teman ku. fuih...

Eit, urusan buku belum selesai sampe disini, karena mimpi ku harus ku rem saat mulai kuliah. yupz budged beli bukunya terpaksa dipangkas bahkan nyaris hilang dilaihkan untuk urusan kuliah, mulai dari potokopy, ekstra bensin, seminar (yang ini bo'ong soalnya suci jarang-jarang mau ikut seminar kalo disuruh bayar, akhirnya milih jadi panitia biar g disuruh bayar, meskipun resikonya g konsen pas seminar karena sering diganggu tetek bengek keuangan alias urusan bayar - menbayar, ya iyalah org suci kebagian jadi bendahara). Nah berhubung ga ada yg dirubung (hua...ha...ha.... kalimat ini lama tak terdengar, ini biasa kudengar saat masih aktip di Sanggar Pramuka Dewa Ruci-Dewi Kunthi alias Dewa-dewi Perkapalan) kuliah udah selese, program sebulan minimal sebuku bisa dilaksanakan lagi, SIAP..... GRAAAAAKKKK....

Abis itu.... kebiasaan selanjutnya apa ya.... Bukan oey, bukan kebiasaan, tapi urusan masak-memasak, dlu sempet belajar masak, tapi belajarnya sama mami dan kakak, tapi lagi, lagi dan lagi setelah kesibukan baru dikampus dengan aktifitas organisasi segudang dan pindah kerja di perusahaan yang baru ini jadi ogah ke dapur kecuali terpaksa karena perut keroncongan tengah malam dan tak ada lauk yang bisa dimakan, itupun hanya buat omlet, nasi goreng dan mie instan atau ketika lagi ngidam (istilah kakak iparku, katanya aku kayak ibu hamil yg lagi ngidam kalo lagi pengen makanan, abis yg di pengen makanan yg aku pengen termasuk susah di cari) bubur sumsum, puding, kacang ijo ato makanan lain baru aku turun ke dapur.

Ya di penghujung tahun ini, aku ingin lebih baik lagi Menjadi hamba Allah, manjadi umat Rasulullah yang lebih taat, jadi anak yang lebih berbakti, menjadi adik dan kakak yang lebih sayang, ngerti dan peka akan kesulitan saudaraku. menjadi muslimah yang lebih shalihah.
Aku akan berusaha lebih banyak bersedekah, lebih banyak senyum, mengurangi kata-kata ketus, pedas, mengurangi sifat dominanku meski yang ini sepertinya susah. ^_^

SO, SUCIYATININGTIYAS... Besok tahun akan berganti, meski besok (Insya Alla) kamu tetap akan bertemu dengan mentari yang sama, orang sama, rumah yang sama, dan negara yang sama ruwetnya dengan hari ini, Kamu harus memancarkan energi baru, energi positif. Energi untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.

Bismillah, dengan nama-Nya lah engkau akan memulai hari yang sama besok dengan semangat baru...


30 Dhulhijjah 1430
17 Desember 2009


Suci

Baca Selengkapnya ...

Wednesday, December 9, 2009

Akhirnya Hanya Terima Kasih



Assalamu'alaikum

Shahabatku yang baik…

Bagaimana kebahagiaan mu hari ini? Semoga, ia selalu engkau peluk, dijaga dan dirawat agar betah bersama jiwa. Sehingga setiap kali anda dan saya berbersahabat dengan siapapun. Ada desakan dalam diri mereka menjadikan kita kawannya. Karena dalam cerahnya wajah yang kita tunjukkan, cerminan kebahagiaan dalam diri.

Tadi jam 11.40 setelah selesai perkuliahan, pulang menuju tempat istirahat. Saya bertemu dengan orang-orang yang mengabdikan dirinya demi kemanfaatan orang lain. Mereka telah memutuskan pekerjaannya pada bidang tersebut. Mungkin bagi kita dan kebanyakan orang, enggan untuk melakukan pekerjaan itu. Tapi bagi pribadi-pribadi bertanggung jawab, Kehalalan merupakan keberkahan terindah.


Sementara itu, bulan hijriah sedang kita jalani. Bagi ummat muslim ada perayaan besar bulan ini. Yaitu hari Raya Qurban. Musim ini juga banyak membawa berkah bagi penjual kambing dan sapi. Hewan qurban yang dijual tentu yang terbaik. Sebagaimana diperintahkan. Dan ini telah menjadi saksi sejarah terjadi pada habil dan qabil dalam pengorbanan mereka.

Sudah menjadi fitrah kita sebagai manusia. Naluri kita senang hal-hal yang indah dan baik. Buktinya, setiap hari kita berusaha untuk tampil prima. Ketika beranjak ketempat ibadahpun, kita dianjurkan untuk mengenakan pakaian terbaik dan dengan wewangian. Sungguh hal yang jorok dan menjijikkan tidak kita senangi.

Begitulah dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang itu. Mereka bekerja dengan kondisi yang berbau, kurang nyaman dihidung. Mungkin bagi mereka telah menjadi hal biasa. Bertemu dengan indera penciuman saja, saya mungkin juga anda kurang nyaman. Bagaimana dengan mereka melihat dan bahkan bersetuhan dengan nya ?

Jejak langkah sentuhan mereka, menghadirkan sejuta makna dalam diri. Sungguh menginspirasi, patut untuk diapresiasi. Menghargai dengan uang mungkin tidaklah banyak mereka terima. Namun lebih dari pada itu, sepantasnya dipersembahkan. Ungkapan Terima Kasih, bisa jadi hal berharga.

Terima kasih sangatlah mudah terucap dari mulut. Dihitung dari biaya, tidak sedikitpun mengurangi simpanan kita. Namun terkadang, dizaman kompetisi ini, dua kata itu menjadi sulit bagi sebagian orang. Entah enggan, atau merasa jatuh martabat nya. Namun ini kenyataannya.

Dekat tempat saya tinggal. Ada seorang bapak berkacamata, rambut sudah memutih, kulitnya tidak sekencang kita lagi. Mengenakan baju putih, celana biru. Topi yang beliau kenakan bertuliskan Satpam. Setiap pagi dan siang hari, saya menyaksikan beliau menyebrangi siswa-siswi sekolah dasar yang bahagia itu. Dengan penuh cinta dan kasih sayang. Tugasnya mungkin kita anggap kecil. Mungkin tidak disadari, berapa anak telah beliau hidarkan dari kecelakaan lalu lintas? Sungguh ungkapan Terima kasih, sepatutnya kita berikan.



Di hotel berbintang daerah slipi. Saya pernah melihat, bagaimana seorang anak muda, sedang membersihkan lantai tempat kita buang hajat. Tidak hanya itu, tempat yang kita duduki melepaskan hasratpun, Setelah dia bersihkan dengan pembersih. Kemudian di lap mengunakan tangannya, memastikan tidak ada sisi yang tak dibersihkan. Jabatan mereka mungkin pada level terbawah dalam struktur organisasi. Tapi saya tidak dapat membayangkan. Apakah hotel tersebut masih ada pengunjungnya, bila tanpa ada mereka? Sungguh patas penghargaan Terima kasih.



Bila ramadhan telah tiba. Biasanya, sebagian orang mulai kebingungan. Karena pembantu selama ini yang selalu siap meringankan tugas rumah tangga, akan segera mudik. Bahkan ada yang berani menawar gaji dua kali lipat, agar tidak mudik. Sehari saja pembantu sakit. Kita bisa merasakan betapa besar kontribusi mereka. Sungguh mereka pantas mendapat terima kasih.

Demikian juga kehidupan berumah tangga. Ungkapan terima kasih kepada istri atau suami adalah mutlak. Karena ia sudah rela untuk menua bersama Anda. Sebagai anak, kita telah dibesarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang oleh ayah ibu kita. Tidak hanya orang tua kandung, tetapi juga kepada mertua. Yang telah percaya dan menitipkan putri tercintannya kepada anda.



Bahkan, bapak Gede prama pernah bertutur. Orang-orang yang membenci, menfitnah dan berbuat jahat kepada anda. Sepantasnya anda beri penghargaan terima kasih kepada mereka. Karena merekalah, kita menjadi tau dan faham akan makna Cinta dan Kasih Sayang.

Sahabatku yang penuh Cinta kasih


Masih terlalu banyak dalam kehidupan ini patut kita ungkap dengan Terima kasih. Bukan hanya hal-hal besar, tetapi kita mulai dari hal terkecil disekeliling kita. Karena sesuatu yang besar, dulunya bermula dari yang kecil.

Akhirnya, Hanya Terima kasih yang bisa saya ucapkan kepada anda. Hingga huruf terakhir ini, masih setia bersama saya. Dan orang-orang yang saya ceritakan tadi. Mereka adalah Pembersih Tinja.

Bogor 3 Desember 2009


RAHMADSYAH

Motivator&Mind-Therapist

Baca Selengkapnya ...