Thursday, August 28, 2008

Andai Ini Ramadhan Terakhir

Assalaamu'alaikum Wr.Wb.

Andai Ini Ramadhan Terakhir

andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
tentu siangnya engkau sibuk berzikir
tentu engkau tak akan jemu melagukan syair rindu
mendayu..merayu... kepada-NYA Tuhan yang satu
andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
tentu sholatmu kau kerjakan di awal waktu
sholat yang dikerjakan...sungguh khusyuk lagi tawadhu'
tubuh dan qalbu...bersatu memperhamba diri
menghadap Rabbul Jalil... menangisi kecurangan janji
"innasolati wanusuki wamahyaya wamamati lillahirabbil 'alamin"
[sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku...
kuserahkan hanya kepada Allah Tuhan seru sekalian alam]


andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
tidak akan kau sia siakan walau sesaat yang berlalu
setiap masa tak akan dibiarkan begitu saja
di setiap kesempatan juga masa yang terluang
alunan Al-Quran bakal kau dendang...bakal kau syairkan

andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
tentu malammu engkau sibukkan dengan
bertarawih...berqiamullail...bertahajjud...
mengadu...merintih...meminta belas kasih
"sesungguhnya aku tidak layak untuk ke syurga-MU
tapi...aku juga tidak sanggup untuk ke neraka-MU"

andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
tentu dirimu tak akan melupakan mereka yang tersayang
mari kita meriahkan Ramadhan
kita buru...kita cari...suatu malam idaman
yang lebih baik dari seribu bulan

andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
tentu engkau bakal menyediakan batin dan zahir
mempersiap diri...rohani dan jasmani
menanti-nanti jemputan Izrail
di kiri dan kanan ...lorong-lorong ridha Ar-Rahman

Duhai Illahi....
andai ini Ramadhan terakhir buat kami
jadikanlah ia Ramadhan paling berarti...paling berseri...
menerangi kegelapan hati kami
menyeru ke jalan menuju ridho serta kasih sayangMu Ya Ilahi
semoga bakal mewarnai kehidupan kami di sana nanti

Namun teman...
tak akan ada manusia yang bakal mengetahui
apakah Ramadhan ini merupakan yang terakhir kali bagi dirinya
yang mampu bagi seorang hamba itu hanyalah
berusaha...bersedia...meminta belas-NYA

"MOHON MAAF LAHIR & BATHIN
ATAS SEMUA KESALAHAN & KEKHILAFAN"


Semoga kita mendapatkan maghfiroh Ramadhan &

Semoga Allah SWT masih mempertemukan kita
di bulan Ramadhan tahun depan

Amiiin...

Wassalaamua'laikum Wr. Wb.

Baca Selengkapnya ...

Tuesday, August 26, 2008

Ramadhan Sarana Untuk...





RAMADHAN: SARANA UNTUK MEWUJUDKAN

KETAKWAAN PERSONAL DAN SOSIAL

Buletin Al-Islam Edisi  420

 

 

Bulan Rajab belum lama kita lalui. Bulan Sya'ban sebentar lagi kita akhiri. Kini, bulan Ramadhan segera datang menghampiri. Terkait dengan ketiga bulan mulia ini, Baginda Rasulullah saw. secara khusus memanjatkan doa ke haribaan Allah SWT:

 

 

«اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِّغْنَا رَمَضَانَ وَ حَصِّلْ مَقَاصِدَنَا»

Duhai Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan pada bulan Sya'ban ini; sampaikanlah diri kami pada bulan Ramadhan; dan tunaikanlah keinginan-keinginan kami (HR Ahmad).

 

Ibarat samudera, Ramadhan menyimpan sejuta mutiara kemuliaan, memendam perbendaharaan segala keagungan dan di dalamnya bersemayam aneka kebesaran. Ramadhan juga merupakan cakrawala curahan karunia Allah SWT karena semua aktivitas hamba yang beriman pada bulan ini dinilai sebagai ibadah. Kecil yang dilakukan tetapi besar pahalanya di sisi Allah. Ringan yang dikerjakan namun berat timbangan di hadapan Allah. Apalagi jika amal yang besar dan berat, tentu akan mampu melesatkan hamba ke derajat kemuliaan dan meraih kenikmatan surga-Nya.

 

Datangnya Ramadhan bagi orang Mukmin adalah laksana 'kekasih' yang sangat ia rindukan; dengan sukacita ia akan menyiapkan segala sesuatu yang dapat mengantarkan perjumpaan menjadi penuh makna, berkesan dalam dan senantiasa melahirkan harapan-harapan mulia.

 

Begitu dasyatnya kemuliaan Ramadhan, Rasulullah saw. di penghujung bulan Sya'ban berkhutbah di hadapan manusia menjelaskan berbagai keutamaannya:

 

 

Wahai manusia sekalian...

 

Akan datang menaungi kalian bulan yang agung dan penuh berkah; bulan yang di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan; bulan yang di dalamnya Allah wajibkan berpuasa dan melaksanakan qiyâm tathawwu' (salat sunnah tarawih). Siapa saja pada bulan itu mendekatkan diri dengan sebuah amal kebaikan, ia seperti telah melaksanakan kewajiban...Siapa saja yang mengerjakan kewajiban, ia seperti melaksanakan tujuh puluh kewajiban...

 

Ramadhan adalah bulan sabar. Sabar itu pahalanya surga. Ramadhan adalah bulan memberi pertolongan dan bulan Allah memberikan rezeki kepada Mukmin. Siapa saja yang memberi makan berbuka seseorang yang berpuasa, yang demikian itu merupakan pengampunan bagi dosanya dan keselamatan dirinya dari neraka. Orang yang memberikan makanan itu memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa tanpa sedikitpun berkurang...Allah memberikan pahala kepada orang yang memberi sebutir kurma, atau seteguk air, atau sehirup susu.

 

Dialah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya pembebasan dari neraka. Siapa saja yang meringankan beban dari budak sahaya (termasuk di sini para pembantu rumah) niscaya Allah mengampuni dosanya dan menyelamatkannya dari neraka. Karena itu, perbanyaklah empat perkara di bulan Ramadhan; dua perkara untuk mendatangkan keridhaan Tuhan kalian dan dua perkara lagi yang sangat kalian butuhkan. Dua perkara yang pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan memohon ampunan-Nya. Dua perkara yang sangat kalian perlukan ialah memohon surga dan perlindungan dari neraka... (HR Ibnu Huzaimah).

 

 

Kemulian dan keistimewaan Ramadhan juga terlukis dalam hadis Nabi saw. melalui  penuturan Abu Hurairah ra.:

 

 

«إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةُ وَ غُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارُ وَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ»

Jika Ramadhan datang, pintu-pintu surga dibuka; pintu-pintu neraka ditutup; dan setan-setan dibelenggu (HR Muslim).

 

 

Derajat yang Harus Diraih

 

 

Kita patut merenungkan kembali firman Allah SWT:

 

 

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana puasa itu diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa. (QS al-Baqarah [2]: 183).

 

 

Dari ayat ini, tanpa harus melalui pengkajian mendalam kita memahami bahwa target akhir dari pelaksanaan kewajiban shaum adalah takwa. Artinya, shaum adalah medium sekaligus momentum perubahan untuk mewujudkan individu dan masyarakat yang bertakwa.

 

Ayat tersebut diserukan kepada orang-orang yang beriman. Ini mengisyaratkan bahwa puasa akan mengantarkan pada ketakwaan jika dilakukan atas dorongan keimanan. Amal-amal Ramadhan akan bermakna dan berpengaruh jika didasari oleh keimanan.

 

Sayangnya, justru di sinilah yang menjadi kelemahan selama ini. Prosesi, ritual dan aktivitas Ramadhan sering tidak didasari oleh iman. Puasa dijalankan sering karena alasan sudah menjadi tradisi, bukan karena keimanan dan harapan akan ridha-Nya. Ramainya majelis zikir dan pengajian bisa jadi lebih karena terbawa suasana religius Ramadhan, bukan didasari oleh keyakinan bahwa semua itu adalah bagian dari kewajiban mengkaji Islam, dakwah, amar makruf nahi mungkar. Program-program religi mungkin diadakan lebih karena alasan bisnis, bukan karena keyakinan sebagai bagian dari kewajiban mewujudkan kehidupan yang islami. Penutupan tempat-tempat maksiat dan penghentian kemaksiatan pun dilakukan untuk menghormati kesucian Ramadhan karena toleransi, bukan didasari oleh keyakinan bahwa segala bentuk kemaksiatan besar ataupun kecil akan mendapatkan azab Allah kelak di akhirat.

 

Bisa juga Ramadhan selama ini menjadi kurang bermakna dan lemah pengaruhnya karena realitas takwa yang menjadi hikmah puasa itu sendiri belum  dihayati. Ketakwaan adalah hikmah dari puasa. Mereka yang berpuasa harus senantiasa memperhatikan dan mengupayakan secara maksimal agar ketakwaan terwujud dalam dirinya. Ketakwaan adalah derajat yang paling mulia bagi hamba yang beriman. Allah SWT berfirman:

 

 

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa (QS al-Hujurat [49]: 13).

 

 

Hakikat Takwa

 

 

Takwa berasal dari kata waqâ-yaqî-waqyan, yang dalam bahasa Arab diubah menjadi taqwa untuk membedakan antara isim dan sifat, yang meliputi makna: menjaga, menjauhi, takut dan berhati-hati. Dalam takwa itu rasa takut dan cinta kepada-Nya menyatu; berjalan seiring dan saling berkelindan. Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz pernah berkata, takwa kepada Allah itu bukan dengan terus-menerus shaum di siang hari, shalat di malam hari atau sering melakukan kedua-duanya; takwa kepada Allah tidak lain adalah dengan meninggalkan apa saja yang Allah haramkan dan menunaikan apa saja yang Allah wajibkan. Siapa yang melakukan kebaikan setelah itu, itu adalah tambahan kebaikan di atas kebaikan.

Para Sahabat yang mulia, sebagaimana yang dinyatakan oleh Imam Ali bin Abi Thalib kw., sering menyatakan bahwa takwa adalah:

 

 

اَلْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيْلِ وَ الْعَمَلُ بِالتَنْزْيِلِ وَ اْلإِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ

(Takut kepada Zat Yang Mahaagung; mengamalkan al-Quran; menyiapkan diri untuk menyambut datangnya hari yang kekal [akhirat]).

 

 

Dengan kata lain, takwa adalah kesadaran akal dan jiwa serta pengetahuan syar'i akan wajibnya mengambil halal-haram sebagai standar bagi seluruh aktivitas dan merealisasikannya secara praktis ('amalî) di tengah-tengah kehidupan. Nilai esensial dari seluruh ibadah wajib dan sunnah pada bulan Ramadhan ini harus mewujud dalam sebuah spektrum jiwa yang pasrah, tunduk dan sepenuhnya berjalan di bawah kesadaran ketuhanan (ihsân). Semua ini bermuara pada sebuah kesadaran bahwa Allahlah satu-satunya yang wajib disucikan (dengan hanya beribadah kepada-Nya) baik di kesunyian ataupun di keramaian; dalam kesendirian maupun berjamaah; di waktu malam ataupun siang; dalam keadan sempit atau lapang; di daratan ataupun di lautan. Semua itu mengalir sampai ujung batas kesempatan hidupnya.

 

 

Ketakwaan Personal dan Sosial

 

 

Takwa harus tercermin dalam kesediaan seorang Muslim untuk tunduk dan patuh pada hukum Allah. Kesediaan kita untuk tunduk dan patuh pada seluruh hukum syariah Islam inilah realisasi dari ketakwaan dan kesalihan personal kita.

 

Secara personal, hukum syariah seperti shalat, puasa, zakat, memakai jilbab, berakhlak mulia, berkeluarga secara islami; atau bermuamalah seperti jual-beli, sewa-menyewa secara syar'i dan sebagainya bisa dilaksanakan saat ini juga. Begitu ada kemauan, semua itu bisa dilakukan.

 

Namun, dalam konteks sosial, banyak hukum syariah yang saat ini seolah begitu sulit dilakukan, seperti:

 

1.       Peradilan/persanksian (misal: qishâsh, potong tangan bagi pencuri, cambuk/rajam bagi pezina, cambuk bagi peminum khamr, dsb).

2.       Ekonomi (misal: hukum tentang kepemilikan, pengelolaan kekayaan milik umum, penghapusan riba dari semua transaksi, dsb).

3.       Politik Luar Negeri (misal: dakwah ke luar negeri dan jihad/perang).

4.       Kewarganegaraan (misal: hukum tentang status kafir dzimmi, musta'min dan mu'âhad).

 

 

Kaum Muslim sesungguhnya diperintahkan untuk menjalankan semua hukum syariah tersebut. Kaum Muslim juga diperintahkan untuk memutuskan semua perkara di tengah-tengah masyarakat dengan hukum-hukum Allah. Sebagaimana hukum-hukum yang bersifat personal wajib dilaksanakan, demikian pula dengan hukum-hukum yang bersifat sosial. Hanya saja, semua hukum yang terkait dengan pengaturan masyarakat di atas adalah kewenangan penguasa/pemerintah, bukan kewenangan individual/personal. Karena itu, justru di sinilah pentingnya kaum Muslim memiliki penguasa (yakni Khalifah) dan sistem pemerintahan yang sanggup menerapkan hukum-hukum Islam di atas (yakni Khilafah). Inilah wujud ketakwaan kita secara sosial. Ketakwaan dan kesalihan sosial ini dengan sendirinya mendorong kita untuk gigih memperjuangkan penerapan semua hukum-hukum Allah terkait dengan masalah sosial kemasyarakatan tersebut.

 

Selama bulan Ramadhan ini, kita secara ruhiah memang dilatih untuk meningkatkan ketundukan dan ketaatan pada syariah. Pada bulan Ramadhan ini, hal-hal yang notabene biasa kita lakukan di luar Ramadhan—seperti makan, minum dan berhubungan suami-istri—ternyata bisa kita tinggalkan. Jika yang halal saja (di luar Ramadhan) bisa kita tinggalkan pada bulan Ramadhan ini, apalagi yang haram. Jika yang sunnah seperti shalat tarawih, sedekah dan sebagainya saja bisa kita lakukan, apalagi yang wajib. Artinya, dengan kemauan yang besar, semua hukum syariah yang Allah bebankan kepada kita, pasti bisa kita laksanakan. Ramadhan yang segera akan menyapa kita adalah madrasah untuk mewujudkan itu semua.

 

Akhirnya, marilah kira merenungkan firman Allah SWT:

 

 

Sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa,  Kami akan membukakan pintu keberkahan atas  mereka dari langit dan bumi (QS al-A'raf [7]: 96).

 

 

Wallâhu a'lam bi ash-shawab. []

 

 

KOMENTAR:

 

Kerugian Indonesia dari kontrak ekspor gas ke Cina mencapai Rp 350 triliun (Republika, 26/8/2008).

 

Ironis! Gas diekspor sangat murah, sementara rakyat menjerit karena harga gas di dalam negeri sangat mahal




Baca Selengkapnya ...

8 agenda beribadah



Saudaraku, bulan suci Ramadhan selalu menjadi bulan yang kita nanti-nantikan setiap tahunnya dan berharap bahwa umur kita masih dapat melalui bulan yang penuh rahmah ini. Semoga kita bisa memasuki Ramadhan dalam kesiapan iman yang memadai untuk bisa meraih sebanyak-banyaknya pahala ibadah di bulan suci itu. Mari lalui bulan ini dengan lebih menekankan kualitas dan memperbanyak kuantitas ibadah kita kepada Allah SWT.
Dalam sebuah dialog, Ustadz Fathi Yakan Hafizhahullah menguraikan ada 8 agenda beribadah yang penting agar kita bisa menjaga keimanan di zaman yang penuh fitnah ini.

Agenda pertama: melakukan shalat 12 rakaat sunnah rawatib, yakni 2 rakaat sebelum subuh, 4 rakaat sebelum zhuhur, 2 rakaat setelah zhuhur, 2 rakaat setelah maghrib, dan 2 rakaat setelah isya. Manfaat yang diharapkan: Dibangunkan rumah di surge oleh Allah bagi orang yang selalu mengerjakannya. Dalilnya, sabda Rasulullah SAW, “ barangsiapa yang shalat sunnah satu hari 12 rakaat, Allah akan membangunkan untuknya rumah di surga.” (HR. Muslim)
Agenda kedua: Shalat 2 rakaat di tengah malam. Manfaat yang diharapkan: pengabulan do’a, pengampunan dosa dan pemenuhan hajat serta keperluan. Dalilnya , sabda Rasulullah SAW, “ Allah SWT turun setiap malam ke langit dunia. Di saat tersisa sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, “ Siapa yang berdo’a kepada-Ku maka akan Kuberikan permintaannya, dan siapa yang memohon ampunan pada-Ku, akan Kuampuni dia.” (HR. Bukhari)
Agenda ketiga: Melakukan shalat dhua 2 rakaat, 4 rakaat atau 8 rakaat. Manfaat yang diharapkan: member sedekah pada setiap persendian tulang dalam tubuh. Dalilnya, sanda Rasulullah SAW dari Abi Dzar ra, “setiap persendian pada diri kalian harus di shadaqahkan. Setiap tasbih adalah shadaqah, setiap tahmid adalah shadaqah, setiabptakbir adalah shadaqah, memerintahkan yang ma’ruf itu adalah shadaqah,melarang yang mungkar itu shadaqah, semua itu akan terpenuhi dengan 2 rakaat yang dilakukan dalam shalat dhuha.” ( HR. Muslim dan Bukhari sebagiannya)
Agenda keempat: membaca surat Al-Mulk dan surat Al-qur’an lainnya. Manfaat yang diharapkan: Dihindarkan dari adzab kubur. Dalilnya, sabda Rasulullah saw, “ Sesungguhnya dalam Al-Qur’an terdapat satu surat yang terdiri dari 30 ayat. Surat itu bisa memberi syafaat kepada seseorang hingga diampuni dosa-dosanya. Yakni surat yang awalnya berbunyi “ Tabarakallahdzii biyadihil mulk.” (HR. Tarmidzi dan Ahmad, Tirmidzi mengatakan ini adalah hadits hasan)
Agenda kelima: Mengatakan “Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lah. Lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syaiin qadiir” seratus kali. Manfaat yang diharapkan: sama dengan membebaskan 10 orang budak, dituliskan 100 kebaikan, menghapus 100 kesalahan, dan menjadi pelindung dari syaitan. Dalilnya, Rasulullah saw bersabda, “ barangsiapa yang mengatakan laa ilaaha ilallah wahdahu la syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu. Wa huwa ‘ala kulli syain qadir” dalam satu hari seratus kali, maka itu sama dengan membabaskan 10 orang budak, dituliskan 100 kebaikan, menghapus 100 kesalahan, dan akan menjadi pelindung baginya dari syaitan pada hari itu sampai tiba waktu sore. Dan tidak ada seorang pun yang telah dilakukannya itu kecuali bila ada seseorang yang mengerjakan lebih banyak dari itu.” (HR. Muslim)
Agenda keenam: Mengucapkan shalawat atas Rasulullah saw dalam jumlah yang ditentukan. Manfaat yang diharapkan: terpelihara dari sifat kikir dan mendapat do’a dari Allah SWT. Dalilnya, Rasulullah saw bersabda,” barangsiapa yang mengucapkan shalawat kepadaku satu kali maka Allah akan mendo’akannya sebanyak 10 kali.” (HR. Muslim) “ orang yang kikir adalah yang apabila disebut di sisinya namaku, tapi dia tidak mengucapkan shalawat atasku.” (HR. Tarmidzi, dia mengatakan, ini adalah hadits hasan gharib sahih)
Agenda ketujuh: Mengucapkan “Subhanallah wa bihamdihi, Subhanallahil Azhiim” dalam jumlah yang tidak ditentukan. Manfaat yang diharapkan: Ditanamkan pohon kurma di surga. Dalilnya, sabda Rasulullah saw,” Barangsiapa yang mengucapkan Subhanallah wa bihamdihi akan ditanamkan untuknya pohon kurma di surga. (HR. Tarmidzi, dia mengatakan, ini adalah hadits hasan gharib sahih)
Agenda kedelapan: Mengucapkan “Astaghfirullahal Azhiim” dalam jumlah yang tidak ditentukan. Manfaat yang diharapkan: dilepaskan dari kesulitan dan dibanyakkan rezeki. Dalilnya, sabda Rasulullah saw, “ barangsiapa yang membiasakan istighfar maka Allah akan memberikan jalan keluar dari setiap kesempitan baginya dan akan diberikan kelapangan dari kecemasan dan didatangkan rezki dari arah yang tidak disangka-sangka. ( HR. Abu Daud, Ibnu Majah dan Hakim dengan sanad shahih)
Saudaraku, mintalah kepada Allah agar kita senantiasa mendapat petunjuk dan kekuatan untuk mengikuti petunjuk itu.
(Sumber: Mencari Mutiara di Dasar Hati oleh Muhammad Nursani)

Baca Selengkapnya ...

Tuesday, August 19, 2008

Jika….



Jika kamu memancing ikan….
Setelah ikan itu terlekat di mata kail, hendaklah kamu mengambil ikan itu….
Janganlah sesekali kamu lepaskan ia semula ke dalam air begitu saja….
Karena ia akan sakit oleh karena bisa ketajaman mata kailmu dan mungkin ia akan menderita selagi ia masih hidup.

***Begitulah juga setelah kamu memberi banyak pengharapan kepada seseorang…
Setelah ia mulai menyayangimu hendaklah kamu menjaga hatinya….
Janganlah sesekali kamu meninggalkannya begitu saja….
Karena dia akan terluka oleh kenangan bersamamu dan mungkin tidak dapat melupakan segalanya selagi dia mengingatmu….

Jika kamu menadah air biarlah berpada, jangan terlalu mengharap pada takungannya dan janganlah menganggap ia begitu teguh…. cukuplah sekadar keperluanmu….
Apabila sekali ia retak…. tentu sukar untuk kamu menambalnya seperti semula….Akhirnya ia dibuang ….
Sedangkan jika kamu coba membaikinya mungkin ia masih dapat dipergunakan lagi….

***Begitu juga jika kamu memiliki seseorang, terimalah seadanya….
Janganlah kamu terlalu mengaguminya dan janganlah kamu menganggapnya begitu istimewa….
Anggaplah dia manusia biasa.
Apabila sekali dia melakukan kesilapan bukan mudah bagi kamu untuk
menerimanya….
akhirnya kamu kecewa dan meninggalkannya.
Sedangkan jika kamu memaafkannya boleh jadi hubungan kamu akan terus
hingga ke akhirnya….

Jika kamu telah memiliki sepiring nasi…
yang baik untuk dirimu. Mengenyangkan. Berkhasiat.
Mengapa kamu lengah, coba mencari makanan yang lain..
Terlalu ingin mengejar kelezatan.
Kelak, nasi itu akan basi dan kamu tidak boleh memakannya.
Kamu akan menyesal.

***Begitu juga jika kamu telah bertemu dengan seseorang….. yang membawa kebaikan
kepada dirimu. Menyayangimu. Mengasihimu.
Mengapa kamu lengah, coba membandingkannya dengan yang lain.
Terlalu mengejar kesempurnaan.
Kelak, kamu akan kehilangannya apabila dia menjadi milik orang lain.
Kamu juga yang akan menyesal.

Baca Selengkapnya ...

Nilai Segelas Air



"Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup" (QS. 21:30)
Ayat ini merupakan ayat popular. Kerap dikutip orang saat menyatakan betapa pentingnya eksistensi air. Tidak satu pun makhluk hidup di dunia ini yang tidak butuh air. Bahkan komponen terbesar dalam tubuh manusia dan banyak makhluk lainnya adalah air.
Air merupakan nikmat yang tiada ternilai. Proses sebuah air hingga bisa dinikmati oleh manusia sering digambarkan oleh Allah Swt dalam ayatNya dengan skema yang tidak main-main. Negeri kering nan tandus, kemudian Allah Swt kumpulkan debit air dalam sebuah wadah terbang-bergerak bernama awan. Lalu awan tersebut ditiup dan digiring menuju negeri yang Dia Swt kehendaki. Maka atas izinNya hujan pun turun membawa ribuan ton debit air. Membasahi bumi… lalu setelah itu manusia menggunakannya untuk minum, mencuci, mandi, masak dan lain-lain. Duh andai saja manusia menyadari proses ini, pasti mereka wajib bersyukur.
"Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan atau Kamikah yang menurunkannya? Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?" (QS. 56 : 68-70)
Seorang raja bernama Harun Ar Rasyid sedang dalam sebuah perjalanan melintasi sebuah gurun pasir menunggangi unta. Bersamanya ada sebuah lelaki bijak sang penasehat raja bernama Ibnu As Samak. Perjalanan panjang di siang yang panas. Terik matahari membuat dehidrasi dan sang khalifah pun kehausan. Pada satu tempat yang teduh, Harun ar Rasyid menepi. Disuruhnya As Samak untuk menggelar tikar dan membawa minuman untuknya.
Ibnu Samak menggelar tikar untuk sang raja dan menuangkan segelas air untuknya. Saat gelas sudah terisi oleh air, lalu Ibnu As Samak berujar, "Khalifah…, dalam kondisi panas dan tenggorokan kehausan seperti ini, andaikata bila kau tidak dapatkan air untuk minum kecuali dengan harus mengeluarkan separuh kekayaanmu, sudikah engkau membayar dan mengeluarkannya? !" Hari terik dan panas mencekat kerongkongan, tanpa pikir panjang khalifah ar Rasyid menjawab, "Saya bersedia membayarnya seharga itu asal tidak mati kehausan!"
Maka usai mendengarnya, Ibnus Samak memberikan segelas air itu dan khalifah pun tidak lagi kehausan.
Ibnu Samak lalu duduk di sisi khalifah Harun. Sejurus kemudian Ibnu Samak melontarkan pertanyaan lagi, "Khalifah, andai air segelas yang kau minum tadi tidak keluar dari lambungmu selama beberapa hari tentulah amat sakit rasanya. Perut jadi gak keruan dan semua urusan jadi berantakan karenanya. Andai kata bila kau berobat demi mengeluarkan air itu dan harus menghabiskan separuh kekayaanmu lagi, akankah kau sudi membayarnya? " Mendengar itu, sang khalifah merenungi kondisi yang disebut oleh Ibnus Samak. Seolah mengamini maka khalifah menjawab, "Saya akan membayarnya meski dengan separuh harta saya!"
Mendengar jawaban dari sang khalifah, maka Ibnus Samak sang penasehat raja yang bijak kemudian berkomentar, "O…., kalau begitu seluruh harta yang tuan khalifah miliki itu rupanya hanya senilai segelas air saja!"
Saudaraku…,
Ramadhan sebentar lagi akan kita jelang. Di sana selama beberapa hari Anda akan merasakan betapa segelas air akan menjadi tiada ternilai harganya. Setelah menahan haus dan lapar sehari penuh. Saat waktu ifthar menjelang, maka segelas air putih pun akan menjadi sesuatu yang bermakna. Saat air membasahi tenggorokan yang kering dan kehausan, maka Anda pun akan bersyukur kepada Allah Swt dengan suara lantang dengan lantunan doa:
Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa alaa rizqika afthartu birahmatika yaa Arhamar Rahimin.
Di bulan ramadhan segala nikmat menjadi indah terasa, demikian juga nikmat seteguk air. Alangkah bagusnya bila ini terus berlangsung sepanjang masa.
Puji syukur untukMu ya Rabb!
Wasalam,
Bobby Herwibowo
www.kaunee.com

Baca Selengkapnya ...

Indonesia Memerlukan Lebih...





Indonesia Butuh Sistem dan Pemimpin Yang Baik

(Renungan 63 Tahun Indonesia Merdeka)

Buletin Al-Islam Edisi  419

 

 

Acara seremonial dan perlombaan memperingati 63 tahun kemerdekaan Indonesia telah usai. Masyarakat telah kembali pada rutinitas seperti sebelumnya.

 

Menutup serangkaian acara dan seremonial itu, ada pertanyaan penting yang mesti direnungkan. Benarkah Indonesia sudah meraih kemerdekaan dalam arti yang sesungguhnya? Sudahkan tujuan kemerdekaan—di antaranya kemandirian dan kesejahteraan—berhasil diwujudkan?

 

Jika kemerdekaan dimaknai bebas dari penjajahan fisik, betul negeri ini telah merdeka. Namun, harus diingat, penjajahan hakikatnya adalah penguasaan dan pengaruh atas suatu negeri untuk bisa mengeksploitasi manusianya, mengeruk kekayaannya dan merampas sumberdayanya. Jadi, penjajahan tidak melulu bersifat fisik/militer. Ada bentuk-bentuk penjajahan non-fisik seperti penjajahan secara pemikiran, politik, ekonomi dan sebagainya. Penjajahan non-fisik ini jelas masih menguasai negeri ini. Penjajahan ini jauh lebih berbahaya. Pasalnya, penjajahan semacam ini mampu menjadikan bangsa terjajah secara tidak sadar mengadopsi konsepsi, sistem dan ideologi buatan penjajah. Setelah merdeka secara fisik, negeri ini, misalnya, secara tidak sadar malah mengadopsi sistem politik warisan penjajah, yaitu demokrasi, yang lahir dari ideologi Kapitalisme. Demokrasi dijadikan alat oleh pihak asing (penjajah) untuk merecoki negeri ini. Contohnya tampak pada aspek fundamental, yaitu penyusunan konstitusi dan perundang-undangan. Amandemen konstitusi yang lalu terlihat banyak dipengaruhi (baca: didekte) oleh pihak asing/penjajah. Akibatnya, konstitusi negeri ini makin bercorak liberal. Hal sama terjadi pada penyusunan UU. Pihak asing berhasil mencampuri pembuatan/ pengesahan sejumlah undang-undang, bahkan dari mulai pembuatan draft (rancangan)-nya. Akibatnya, sejumlah UU makin kapitalistik dan sangat liberal, yang ujung-ujungnya lebih memihak asing/penjajah. Sebut saja UU Migas (UU No. 22 Th. 2001), UU BUMN (UU No. 19 Th. 2003), UU PMA (UU No. 25 Th. 2007), UU SDA (UU No. 7 Th. 2004), UU Kelistrikan (UU No. 20 Th. 2002), UU Tenaga Kerja (UU No. 13 Th. 2003), UU Pelayaran (UU No. 17 Th. 2008), UU Pengalihan Hutan Lindung menjadi Pertambangan (UU No. 19 Th. 2004), dan lainnya.

 

Di bidang pertahanan dan keamanan, hingga saat ini alat pertahanan masih bergantung pada pihak asing. Berbagai kebijakan keamanan pun banyak dipengaruhi pihak asing, terutama negara besar. Ambil contoh, kebijakan dalam kasus terorisme. Perjanjian DCA dengan Singapura, meski pada akhirnya dibatalkan, juga memperlihatkan hal yang sama.

 

Ketakmandirian negeri ini paling jelas tampak pada aspek ekonomi. Dengan memilih sistem ekonomi kapitalisme, negeri ini masih berada dalam cengkeraman negara penjajah/asing, yang notabene negara-negara kapitalis besar seperti AS. Kapitalisme meniscayakan negeri ini harus mengikuti strategi ekonomi dan kebijakan yang lebih berpihak kepada para kapitalis, khususnya asing. Sebaliknya, rakyat tetap miskin. Presiden SBY dalam pidato di depan sidang DPR 15 Agustus lalu mengungkapkan angka kemiskinan per Maret 2008 masih 15,4 %. Itu artinya, dari 225 juta penduduk Indonesia, 34,65 juta orang hidup dengan kurang dari lima ribu rupiah per hari. Bahkan menurut para pengamat angka kemiskinan yang sebenarnya lebih besar lagi, terutama setelah kenaikan harga BBM pada Juni lalu yang rata-rata 28,7 %.

 

Karena mengadopsi ekonomi kapitalisme, negeri ini terjebak dalam jerat utang dan harus menjadi pasien IMF. Negeri ini harus tunduk pada formula strategi ekonomi yang disodorkan oleh IMF yang disebut Konsensus Washington, yaitu berupa kebijakan penyesuaian struktural (struktural adjustment policy/SAP). SAP meliputi liberalisasi impor dan pelaksanaan sumber-sumber keuangan secara bebas (liberalisasi keuangan), devaluasi mata uang, pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter dengan pembatasan kredit untuk rakyat, pengenaan tingkat suku bunga yang tinggi, penghapusan subsidi, peningkatan harga-harga public utilities (kebutuhan rakyat), peningkatan pajak, menekan tuntutan kenaikan upah, liberalisasi investasi terutama investasi asing dan privatisasi.

 

Akibat langsung yang dirasakan rakyat negeri ini adalah penghapusan subsidi. Kebutuhan rakyat pun menjadi mahal tak terjangkau. Demi memenuhi amanat liberalisasi investasi, kekayaan alam (minyak dan barang tambang) diserahkan kepada pihak asing. Sesuai mandat privatisasi, BUMN-BUMN pun beralih ke tangan swasta, khususnya asing. Tahun 2007 sebanyak 15 BUMN telah diprivatisasi. Tahun 2008 ini direncanakan sebanyak 44 BUMN akan diprivatisasi. Bahkan Wapres Yusuf Kalla pernah menyampaikan bahwa hingga tahun 2009 jumlah BUMN yang akan diprivatisasi mencapai 69 BUMN. Pemerintah menargetkan pada tahun 2015 hanya memiliki 25 BUMN.

 

Privatisasi BUMN itu merupakan agenda pihak asing. Mereka langsung mengawalnya sejak awal. World Bank, IMF, ADB dan USAID membuatkan serangkaian alasan dan petunjuk yang dipakai Pemerintah untuk melaksanakan privatisasi. Hal itu tertuang dalam dokumen legal Guidelines for Privatization Programs. Dalam rilis berita ADB, Project Information: State-Owned Enterprise Governance and Privatization Program, dinyatakan bahwa Indonesia diberi utang US $ 400 juta dengan syarat harus menjalankan program privatisasi. AS melalui USAID, bekerjasama dengan World Bank, juga mengawal privatisasi di Indonesia seperti yang tertuang dalam dokumen USAID Strategic Plan for Indenesia 2004-2008.

 

Tampak jelas, kebijakan ekonomi negeri ini dikendalikan oleh asing/penjajah. Padahal BUMN, jika dikelola dengan baik, bisa menjadi sumber pemasukan sangat besar bagi negara untuk menjalankan pembangunan, memberikan pelayanan terbaik kepada rakyat dan mensejahterakan seluruh rakyatnya. Namun, karena privatisasi, negara kehilangan sumber pemasukan. Beban pembiayaan negara pun dibebankan kepada rakyat. Misalnya melalui pajak dan pungutan lain yang beragam dan bertambah besar. Beban yang harus ditanggung oleh rakyat pun kian hari kian berat.

 

Setelah 63 merdeka, perekonomian negeri ini justru makin dicengkeram asing, dan rakyatlah yang harus menanggung bebannya. Akibat kemiskinan, lebih dari 4 juta anak mengalami kekurangan gizi. Mereka dipaksa menjadi bagian dari lost generation. Tingkat stres masyarakat pun sedemikian besar. Kriminalitas meningkat tajam hingga 400%. Angka kekerasan dalam rumah tangga dan konflik rumah tangga yang berujung pada perceraian pun melonjak. Banyak perempuan akhirnya terjerumus dalam lembah pelacuran. Tentu masih banyak dampak buruk lainnya akibat penjajahan non-fisik yang masih mencengkeram negeri ini.

 

Semua itu masih diperparah oleh kualitas aparatur, pejabat dan politisi yang buruk. Sudah menjadi rahasia umum bahwa pelayanan kepada publik oleh aparatur sedemikian buruk. Korupsi sedemikian mengakar; dari Sabang sampai Merauke; dari tingkat RT hingga pejabat tinggi negara, termasuk anggota DPR dari daerah hingga pusat.

 

 

Mewujudkan Makna dan Tujuan Kemerdekaan Hakiki

 

 

Kemerdekaan hakiki adalah terbebasnya manusia dari penghambaan kepada sesama manusia menuju penghambaan pada Tuhannya manusia (Allah SWT). Hal ini tidak bisa diwujudkan selama sistem/aturan yang digunakan adalah sistem/aturan buatan manusia, terutama yang bersumber dari ideologi Kapitalisme. Semua itu hanya bisa diwujudkan dengan penerapan sistem yang berasal dari Allah Yang Mahaadil, Pencipta manusia, alam dan seisinya sebagai wujud penghambaan kepada-Nya. Sistem itu tiada lain adalah sistem Islam.

 

Jenderal Rustum pernah bertanya kepada Ruba'i bin Amir, "Apa yang mendorong kalian ke sini?"

 

Ruba'i bin Amir menjawab, "Allah memerintahkan kami untuk membebaskan manusia dari penghambaan kepada sesama manusia ke penghambaan semata kepada Allah, Tuhan manusia; dari kesempitan dunia ke keluasannya; dan dari kezaliman agama-agama ke keadilan Islam."

 

Inilah misi Islam mewujudkan kemerdekaan hakiki.

Allah Swt. juga menegaskan bahwa Islam dan syariahnya akan memberikan kehidupan. Allah Swt. berfirman:

 

 

]يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ[

 

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul jika Rasul menyeru kalian pada suatu yang memberi kehidupan kepada kalian (QS al-Anfal [8]: 24).

 

 

Walhasil, sistem Islamlah yang akan memerdekakan manusia dari segala bentuk penindasan; menebarkan kebaikan, rahmat, dan hidayah; mewujudkan kesejahteraan dan kehidupan; merealisasikan keadilan, melenyapkan kezaliman yang membelenggu manusia; dan menyelamatkan manusia dari kegelapan sistem buatan manusia.

 

Sistem Islam yang baik ini juga akan mewadahi dan membentuk subyek (pelaku/pelaksana) yang baik. Subyek yang baik adalah yang bertakwa, senantiasa sadar diawasi oleh Allah Yang Mahatahu, senantiasa merindukan keridhaan Allah dan ideologis. Subyek yang demikian hanya bisa terwujud dalam sistem Islam, yaitu Khilafah Islamiyah.

 

 

Wahai Kaum Muslim:

 

 

Jelas yang diperlukan oleh negeri dan bangsa ini adalah sistem yang baik sekaligus subyek (pelaku/pelaksana) yang baik pula. Itulah sistem Islam dalam bingkai Khilafah Islamiyah, yang dijalankan oleh Muslim yang berkepribadian islami. Dengan itu kemerdekaan hakiki, termasuk kemandirian dan kesejahteraan, akan bisa terwujud dan dinikmati oleh semua; Muslim dan non-Muslim. Karena itu, mari kita merenungkan pertanyaan Allah SWT dalam firmannya:

 

 

]أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ[

 

Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? Siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS al-Maidah [5]: 50).

 

 

Wallâh a'lam bi ash-shawâb. []

 

 

KOMENTAR:

 

Percepat keadilan untuk mengurangi anti-NKRI (Republika, 19/8/2008).

 

Ingat! Hanya jika syariah Islam diterapkan, keadilan akan tercipta.

 




Baca Selengkapnya ...

Tokoh Ulama Papua: Pemerintah Tak Perlu Takut dengan Intervensi Asing



Tokoh Ulama Papua: Pemerintah Tak Perlu Takut dengan Intervensi Asing

HTI-Press. Masyarakat muslim Papua tak memiliki keinginan untuk memisahkan diri dari negeri ini, kata salah satu tokoh ulama Papua, Zaaf Fadzlan, Ahad (17/08). Bahkan ia menyatakan berterimakasih kepada pemerintah yang memperjuangkan Papua untuk menjadi bagian dari negeri ini.

Ia mengaku berbagai bentuk cobaan menimpa kaum Muslim di sana. Masih ada warga di sana yang tidak senang dengan muslimah yang berjilbab dan berkumandangnya suara adzan.

"Itu adalah suatu bentuk cobaan bagi umat Islam," katanya.

Menyinggung pengiriman surat 40 anggota kongres kepada Presiden SBY terkait permintaan pembebasan tokoh OPM, Zaaf mengatakan bahwa itu merupakan upaya asing untuk menguasai kekayaan alam yang ada di Papua. Ia menyarankan pemerintah tegas dalam mengurusi rakyat Papua.

Lebih lanjut Zaaf mengemukakan bahwa campur tangan asing melalui LSM kompradornya-lah yang mengopinikan kasus ini menjadi besar. Menurutnya, pemerintah seharusnya tidak perlu takut dengan intervensi asing. "OPM itu lembaga kecil yang otak orang-orangnya sudah dicuci oleh Amerika," tandasnya.

Sebenarnya, masih menurut Zaaf, jika pemerintah tegas dan adil dalam hal politik, ekonomi, sosial, keagamaan, serta penerapan nilai-nilai Islam secara benar maka di dalam negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam ini akan tercipta kondisi negara yang stabil. (nl/si)

Baca Selengkapnya ...

Tuesday, August 12, 2008

AS Menghendaki Papua...




AS MENGHENDAKI

PAPUA LEPAS DARI INDONESIA

Buletin Al Islam Edisi  418

 

 

Sebagaimana diberitakan sejumlah media, beberapa waktu lalu 40 anggota Kongres AS mengirimkan sepucuk surat kepada Presiden RI, Susilo Bambang Yudoyono. Surat bertanggal 29 Juli 2008 tersebut intinya adalah meminta Presiden SBY untuk membebaskan "segera dan tanpa syarat" dua orang aktivis sparatis Papua, yakni anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM), yang bernama Filep Karma dan Yusak Pakage. Sebagaimana diketahui, keduanya telah mengibarkan Bendera Bintang Kejora di Abepura, 1 Desember 2004 lalu. Kemudian, pada Mei 2005, pengadilan menjatuhkan hukuman 14 tahun penjara terhadap keduanya (Republika, 11/8/2008).

 

Kita tentu patut prihatin karena di Papua memang sedang terjadi upaya disintegrasi. Pangkal masalahnya adalah adanya pihak asing yang terus memanas-manasi, bahkan mendorong terjadinya kegiatan sparatis tersebut. Upaya disintegrasi ini memang telah dilakukan secara sistematis, dengan cara menginternasionalisasi isu Papua. Asing, terutama AS, sangat jelas telah merancang upaya pemisahan Papua ini dari wilayah Indonesia. Hal ini antara lain dibuktikan dengan beberapa fenomena berikut:

 

1.      Kehadiran Sekretaris Kedubes Amerika dan utusan Australia, Inggris dan negara asing lainnya dalam Kongres Papua pada tanggal 29 Mei hingga 4 Juni 2000 yang lalu. Dalam Kongres tersebut, mereka menggugat penyatuan Papua dalam NKRI yang dilakukan pemerintah Belanda, Indonesia dan PBB pada masa Soekarno. Menurut Kongres tersebut, "bangsa" Papua telah berdaulat sebagai bangsa dan negara sejak 1 Desember 1961. Selanjutnya Kongres meminta dukungan internasional untuk memerdekakan Papua (Kompas, 5/6/2000).

 

2.      Kasus penembakan yang terjadi di Mile 62-63 Jalan Timika–Tembagapura pada 31 Agustus 2002. Peristiwa tersebut merenggut 3 nyawa karyawan Freeport Indonesia, masing-masing 2 warga negara AS dan 1 WNI, serta melukai 11 orang, 1 di antaranya anak-anak. Kasus ini terus diangkat oleh AS ke dunia internasional. Bahkan FBI dan CIA berdatangan ke Papua untuk mengusut peristiwa tersebut. Sejak saat itu, persoalan Papua berhasil diangkat oleh AS menjadi perhatian negara-negara di dunia maupun masyarakat internasional sebagai kasus pelanggaran HAM.

 

3.      Kongres AS membuat Rancangan Undang-Undang (RUU) 2601 yang memuat masalah Papua di Amerika pada bulan Juli 2005, yang akhirnya disetujui oleh Kongres AS. RUU tersebut menyebutkan adanya kewajiban Menteri Luar Negeri AS untuk melaporkan kepada Kongres tentang efektivitas otonomi khusus dan keabsahan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) 1969.

 

4.      Akhir 2005, Kongres AS mempermasalahkan proses bergabungnya Irian Barat (Papua) dengan Indonesia. Padahal sejarah mencatat, bahwa pendukung utama integrasi tersebut adalah Amerika sendiri, dimana persoalan Indonesia dianggap sebagai bagian dari masalah AS.

5.      Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN), Syamsir Siregar (22/3/2006), menduga ada upaya LSM yang didanai asing hingga terjadi kerusuhan di Abepura. Wakil dari LSM saat berbicara bersama seorang anggota Komisi I DPR-RI—dalam dialog di salah satu stasiun TV nasional (22/3/2006)—tidak secara tegas menolak hal itu. Ternyata, hingga saat ini pun, ada upaya sistematis untuk mengadu-domba antarumat beragama di Papua, antara kelompok Muslim dengan Muslim di satu sisi, dan Muslim dengan non-Muslim di sisi lain. Tulisan International Crisis Group (ICG), yang dirilis Juni 2008 lalu jelas mengisyaratkan hal ini.

 

6.      Pemberian visa sementara bagi pencari suaka pada 42 aktivis pro-kemerdekaan Papua oleh Australia. Menteri Imigrasi Australia (23/3/2006) Amanda Vanston mengatakan, "Ini didasarkan pada bukti yang disampaikan oleh individu sendiri serta laporan dari pihak ketiga." Siapa yang dimaksud pihak ketiga, itu tidak pernah dijelaskan. Namun, umumnya pihak ketiga itu adalah NGO atau LSM yang didanai oleh asing. Pemberian suaka ini juga merupakan hal penting, sebab terkait dengan upaya kemerdekaan Papua melalui proses internasionalisasi.

 

7.      Anggota Kongres AS, Eny Faleomavaega, kembali melakukan kunjungan ke Indonesia pada 28/11/2007. Secara khusus Eny melakukan kunjungan ke sejumlah wilayah Papua seperti Biak dan Manokwari. Alasan yang disampaikan oleh Eny adalah melihat langsung kondisi Papua setelah enam tahun otonomi khusus (otsus). Jika kita menelaah rangkaian kunjungan dan aktivitasnya selama ini, kedatangan Eny Faleomavaega ke Papua sebenarnya semakin mengokohkan opininya, bahwa Papua memang layak untuk merdeka.

 

8.      Pada 16 Juni 2008, ICG mengeluarkan laporan "Indonesia: Communal Tensions in Papua". Di sana ditulis, "Konflik Muslim dengan Kristen di Papua dapat meningkat jika tidak dikelola dengan baik. Kaum Kristen merasa 'diserang' oleh kaum migrasi Muslim dari luar Papua. Mereka merasa Pemerintah mendukung aktivitas Islam untuk mengekpansi minoritas non-Muslim. Kaum Muslim pindahan itu memandang demokrasi dapat diarahkan menjadi tirani mayoritas sehingga posisi mereka di sana terancam". Laporan ini lebih merupakan propaganda dan upaya adu domba.

 

Sementara itu, surat tertanggal 29 Juli 2008 dari 40 anggota Kongres AS yang mereka kirim kepada Presiden SBY, dalam alinea terakhirnya manyatakan, "We urge you to take action to ensure the immediate and unconditional release of Mr. Karma and Mr. Pakage. Any security officials who mistreated Mr. Karma or who may have employed inappropriate force against peaceful demonstrators should be prosecuted. Such steps would be an important indicator that Indonesia, as a member of the UN Human Rights Council, takes its international obligations to fully respect universally recognized human rights." (Kami mendesak Anda untuk membebaskan segera dan tanpa syarat Mr. Karma dan Mr. Pakage. Siapapun aparat keamanan yang memperlakukan Mr. Karma dengan buruk atau mungkin melakukan kekerasan terhadap para pendemo yang melakukan aksi damai, maka aparat tersebut harus dihukum. Tindakan semacam itu merupakan indikator penting, bahwa Indonesia sebagai anggota Dewan HAM PBB, telah melakukan kewajiban internasionalnya untuk benar-benar menghormati HAM yang telah diakui secara universal).

 

Surat tersebut ternyata dimuat dan dipuji-puji dalam situs resmi The East Timor and Indonesia Action Network (ETAN). ETAN adalah LSM internasional asal AS yang berpengalaman menjadi salah satu arsitek lepasnya Timor Timur dari Indonesia.

 

Surat anggota Kongres AS ini jelas semakin membuktikan adanya intervensi terhadap Pemerintah Indonesia, sekaligus membuktikan bahwa AS mendukung upaya disintegrasi tersebut.

 

 

Wahai kaum Muslim:

 

 

Kita tidak boleh lengah, dengan mengatakan, bahwa sikap 40 anggota Kongres AS ini hanyalah sikap pribadi, bukan sikap resmi pemerintah. Sebagai negara penjajah, AS tentu tidak akan tinggal diam, sebelum Indonesia benar-benar bisa dikuasai dan dicengkram sepenuhnya. Caranya dengan menciptakan konflik di dalam negeri dan terus memicu terjadinya disintegrasi, hingga benar-benar lepas satu persatu. Kenyataan inilah yang pernah mereka lakukan terhadap Timor Timur. Hal yang sama, kini tengah mereka lakukan di Papua dan Sudan Selatan.

 

Karena itu, kami menyerukan kepada Presiden SBY beserta seluruh jajaran pemerintahan, termasuk para anggota wakil rakyat di DPR, untuk tidak tunduk pada campur tangan dan tekanan asing yang bertujuan untuk memecah-belah keutuhan wilayah Indonesia.

 

Kami juga menyerukan kepada umat Islam, khususnya di Papua, agar bersatu dengan umat Islam di seluruh Indonesia untuk menolak rancangan negara kafir penjajah guna memisahkan diri dari wilayah Indonesia. Sebab, upaya pemisahan diri dari wilayah Islam merupakan dosa besar di hadapan Allah SWT. Dengan tindakan ini, umat Islam di Papua tidak akan pernah mendapatkan kebaikan sedikit pun, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Dengan memisahkan diri, umat Islam di Papua akan menjadi minoritas. Setelah itu, mereka akan mengalami nasib yang sama seperti saudara-saudara Muslim mereka di Timor Timur pasca pemisahan diri dari Indonesia. Mereka diusir dari rumah dan negeri mereka sendiri. Bahkan sangat mungkin mereka akan mengalami inkuisisi sebagaimana yang pernah dialami oleh kaum Muslim di Spanyol.

 

Kami juga menyerukan kepada umat Kristiani, baik di Papua maupun di seluruh Indonesia, agar menolak hasutan dan fitnah yang dihembuskan oleh negara-negara penjajah. Meski mereka seagama, mereka tidak pernah peduli dengan nasib Anda. Yang mereka pedulikan adalah kekayaan alam Papua yang melimpah. Dengan lepas dari Indonesia, Anda pun tidak akan luput dari penjajahan, sebagaimana nasib saudara-saudara Anda di Timor Timur. Bahkan nasib mereka tidak lebih baik, dibanding dengan ketika mereka bersama dengan Indonesia. Hingga kini, mereka pun masih belum merdeka, bahkan untuk disebut negara pun masih belum layak.

 

 

Wahai kaum Muslim:

 

 

Kami melihat, bahwa tindakan 40 anggota Kongres AS dan upaya pemisahan diri dari wilayah Indonesia ini merupakan tindakan politik. Tindakan politik harus dihadapi dengan tindakan dan kebijakan politik. Tindakan dan kebijakan politik ini tentu membutuhkan kemauan dan keberanian politik. Kemauan dan keberanian politik tersebut bukan hanya dari penguasa, tetapi juga dari rakyat.

 

Namun sayang, saat ini partai-partai politik yang seharusnya memainkan peranan ini, nyaris tidak berbuat apa-apa. Mereka saat ini lebih disibukkan dengan urusan Pemilu. Rakyat pun sama. Padahal di depan mereka ada bahaya disintegrasi yang sudah mengancam di depan mata.

 

Karena itu, kami menyeru semua pihak, baik pemerintah, DPR/MPR, TNI, Polri, para pimpinan parpol, ormas, tokoh dan seluruh masyarakat untuk mengambil bagian dalam upaya mencegah terjadinya disintegrasi ini. Kesalahan pada masa lalu tidak boleh terulang kembali. Nabi saw. ingatkan,

 

 

لاَ يُلْدَغُ الْمُؤْمِنُ مِنْ جُحْرٍ وَاحِدٍ مَرَّتَيْنِ

 

Tidak layak seorang Mukmin dipatuk oleh ular pada lubang yang sama dua kali (HR Muslim).

 

 

Kami juga mengingatkan seluruh rakyat dan para penguasa di negeri ini, bahwa inilah fakta negeri kita, yang selalu dipandang sebelah mata. Inilah fakta negeri-negeri kaum Muslim yang lainnya. Inilah buah sekularisme yang diterapkan di negeri ini, dan negeri-negeri kaum Muslim yang lainnya.

 

Solusinya tidak ada lagi, kecuali syariah. Hanya syariahlah yang bisa menggantikan sistem sekular. Dengan Khilafah, Indonesia dan negeri-negeri kaum Muslim lain akan menjadi negara adidaya dan diperhitungkan dunia, mampu mencegah disintegrasi, sekaligus menyatukan negeri-negeri Islam di bawah satu bendera. []

 

 

Komentar al-Islam:

 

Hasil Penelitian LIPI: Ongkos Pemilu Langsung di Indonesia selama lima tahun tidak kurang dari Rp 400 triliun (Syafii Maarif, "Resonansi", Republika/12/2008).

 

Ironis! Sudah mahal, Pemilu melahirkan banyak kepala daerah/wakil rakyat yang korup.




Baca Selengkapnya ...