Wednesday, December 29, 2010

Action


Jangan Menunggu Bahagia Baru Tersenyum.
Tapi Tersenyumlah, Maka Kamu Kian Bahagia

Jangan Menunggu Kaya Baru Bersedekah.
Tapi Bersedekahlah, Maka Kamu Semakin Kaya

Jangan Menunggu Termotivasi Baru Bergerak.
Tapi Bergeraklah, Maka Kamu Akan Termotivasi

Baca Selengkapnya ...

Friday, December 10, 2010

Dari Bedah Buku Existere Sampai Kalap Buku


Pagi itu kami berdua berjibaku dengan jalanan Sidoarjo, polusi, rentetan mobil dan motor yang berebut kecepatan ingin segera sampai dilokasi tujuan. Beberapa tetes keringat tak ingin ketinggalan ikut membuatku merasa tidak nyaman, kulirik Mbak mufa yang duduk disamping, ia terlihat menikmati perjalanan, mungkin ia sudah terbiasa dengan lalu lintas Surabaya dipagi hari. Ia santai membuka lembar demi lembar koran yang sempat dibelinya sebelum naik angkot.

Sempat beberapa kali menengok layar hape untuk sekedar melihat jam berapa sekarang, sudah lewat jam sepuluh kami masih berada di terminal Joyoboyo menunggu penumpang penuh, syukurlah tidak lama kemudian sang supir melajukan colt berwarna coklat membelah jalanan Surabaya.

Meskipun sampai di tempat acara Bedah Buku Existere telat lebih dari tiga puluh menit ternyata kami tidak telat sedikitpun, acara belum dimulai. Aku tidak melihat Mbak Sinta Yudisia penulis buku yang akan dibedah.

Bedah bukupun segera dimulai bersama dengan naiknya Mbak Sinta Yudisia ke atas panggung bersama sang moderator, acara berjalan dengan santai meskipun tema yang dibawakan cukup serius, tentang kehidupan para "kupu - kupu malam".

Mbak Sinta Yudisia menceritakan beberapa kisah tentang narasumber yang ia gunakan dalam menulis bukunya. Alasan yang sering diungkap mengapa mereka menjerumuskan diri kedunia pelacuran, kemiskinan. meskipun saat ini kekurangan materi bukan lagi satu - satunya alasan seseorang terjun kesana.

Menurut penuturan narasumber, pemberontakan pada orang tua juga menjadi penyebab mengapa mereka memilih menjadi pelacur.

Selanjutnya sesi tanya jawab berlangsung, dengan iming - imingi doorprice, banyak tangan - tangan yang diangkat untuk bertanya. ups, bisa jadi karena memang ingin bertanya, bukan karena doorprice dong!!

Setelah dipilih tiga penanya untuk mendapatkan doorprice, tiba saatnya untuk bagi - bagi hadiah. Setelah pertanyaan dilempar, yang bisa menjawab diharuskan lari kedepan, bukan angkat tangan, jadi yang cuma angkat tangan dan diam ditempat musti rela gigit jari ga dapat hadiah. Hanya yang berani maju kedepan saja yang mendapat kesempatan untuk dapat hadiah.

Semeriah apapun acaranya tetap harus berakhir, sayangnya kami musti pulang tanpa membawa oleh - oleh doorprice satu pun, bahkan mug yang digadang - gadang mau dibawa pulang pun tak ada. Karena kata mbak Sinta mugnya telah diserahkan pada panitia. Hiks... hiks...

Tapi bukan berarti kita pulang dengan tangan kosong, karena ternyata Atrium PPIC (Plasa Pendidikan Indonesia Cerdas) yang berada di Kapas Krampung Plasa adalah gudangnya toko buku dengan diskon bervariasi dan sangat menggiurkan. Benar - benar surganya para kutu bukuer.

Saran ku, kalau ada yang ingin kesana siapkan budget terlebih dahulu, dan yang paling penting jangan bawa atm. ingat JANGAN BAWA ATM, kalau tak ingin kalap dan berakhir dengan tongpes. Jangan sampai baru sadar ketika barang bawaan anda sudah terlalu berat, bertas - tas kresek sudah memberati tangan anda.

Peringatan itu bukan hanya sekedar warning, itu karena penulis sudah mengalaminya sendiri, Atrium PPIC Kapas Krampung Plasa telah membuat ku benar - benar lupa diri, lupa waktu, lupa budget. hi hi hi.

Wonoayu

10 Desember 2010 16.34

Baca Selengkapnya ...