Tapi Tersenyumlah, Maka Kamu Kian Bahagia
Jangan Menunggu Kaya Baru Bersedekah.
Tapi Bersedekahlah, Maka Kamu Semakin Kaya
Jangan Menunggu Termotivasi Baru Bergerak.
Tapi Bergeraklah, Maka Kamu Akan Termotivasi
Tersenyumlah... Jangan menunggu bahagia untuk tersenyum... Namun, tersenyumlah agar engkau bahagia... dan... La Tahzan
Spontan saya menghampiri beliau. Hampir saya peluk, tapi dalam budaya kami orang kecil jenis ekspressinya tak sampai tingkat peluk memeluk, seterharu apapun, kecuali yang ekstrem misalnya famili yang disangka meninggal ternyata masih hidup, atau anak yang digondhol Gendruwo balik lagi.Bahunya saja yang saya pegang dan agak saya remas, tapi karena emosi saya bilang belum cukup maka saya guncang-guncang tubuhnya.Hati saya meneriakkan
Gadis kecil duduk meringkuk kedinginan.
“Aku ingin mencintaimu dalam diam seperti cintanya Ali pada Fatimah dan cintanya Fatimah kepada Ali”
Aih...........
Ungkapan diatas membuatku melayang ke masa yang masih tertutup tabir. Kemana cinta ku akan ku labuhkan. ^_^
Aku ingin dicintai seperti Muhammad mencintai Khadijah, aku ingin dicintai selayaknya Ali mencintai Fatimah. Cinta yang tak terbagi. Egois yap? Masa bodo namanya juga ingin.
Tapi keinginan itu membuatku menatap diri ku, apakah aku sehangat Khadijah yang Muhammad merasa nyaman berada didekatnya. Apakah aku setangguh Fatimah hingga Ali begitu setia padanya?
Tidak sama sekali, aku tak sehangat khadijah ataupun setangguh fatimah. Tapi inilah aku, hanya seorang wanita biasa yang hidup dengan biasa, tak ada yang luar biasa pada diriku.
Kadang hal itu membuatku berfikir, apa ada keistimewaan pada diriku hingga berani menginginkan cinta seperti Muhammad dan Ali?
Tidak ada, kutegaskan lagi, tidak ada yang istimewa pada diriku, tidak ada yang luar biasa di dalam diri ini. Hanya seorang perempuan biasa, tidak lebih.
Tapi...
Kalau hanya ingin boleh dunk, toh hanya ingin. ^_^
Aku sendiri juga ga tau, apa cinta seperti itu yang ku butuhkan, karena apa yang indah dimata ku belum tentu baik untuk ku, sebaliknya apa yang terlihat tidak menyenangkan belum tentu tidak menggembirakan ku.
Dia lah Yang Maha Mengetahui apa yang dibutuhkan makhluk-Nya, termasuk apa yang baik untuk ku.
Aku hanya berharap yang terbaik, dan berusaha memperbaiki diri. Tentu tak lupa menyerahkan semua urusan ini pada Nya Sang Pembolak – Balik hati. Bukan begitu? ^_^
Semoga tabir ini segera terbuka. Amien....
^_^
Suci
Wonoayu, 3 September 2010 11.41
“Aku ingin mencintaimu dalam diam seperti cintanya Ali pada Fatimah dan cintanya Fatimah kepada Ali”
Sebuah ungkapan yang indah.
Mengingatkan aku pada seseorang, ia pernah berkata padaku
“Belajarlah berkomunikasi”
Ia mengatakan hal itu karena aku kerap kali diam, ketika ditelphone, dalam ym ketika ia menyapa ku bahkan bila kami bertemu.
Sampai akhirnya (mungkin) ia sudah berhenti berusaha membuatku berbicara, mengatakan apa yang ada dikepalaku.
Diam, adalah salah satu pilihan dalam hidup ku, ketika aku marah, atau ketika memang tak ada yang perlu dikatakan. Ada kalanya begitu banyak yang ingin diungkapkan, namun akan lebih baik bila hal itu tak perlu diungkapkan.
Ya, memang banyak hal yang bila diungkapkan hanya akan membawa luka, menjadi hal yang sia – sia.
Maka biarkan aku tetap dalam pilihan ku. DIAM.
Dan inilah caraku berkomunikasi, dengan ini ku harap tak banyak yang akan tersakiti oleh lidah tajam ini, dan semakin berkurang kesia-siaan yang keluar dari mulut ini.
Maka, berkatalah yang baik atau DIAM.
Suci
Wonoayu, 3 September 2010 10.51
Ramdhan masih seminggu lagi, artinya Ramdhan karim segera pergi. Sesak dan sesal menyelimuti. Namun aroma Idul Fitri seolah telah sampai di ujung hidung. Hiruk pikuk persiapan lebaran mendadak mengaburkan sendu yang menyeruak kehilangan Ramadhan.
Godaan terbesar menjelang akhir Ramadhan. Malam - malam yang harusnya sibuk bermunajat menanti Lailatul Qadar dihabiskan dengan beramai - ramai mengunjungi tempat - tempat belanja, departement store dan mall - mall yang menyuguhkan mid night sale.
Iktikaf pun kini beralih lokasi, mall. Merdunya suara Qori' melantunkan ayat - ayat Al Quran terdengar lirih ditelinga dibandingkan dengan para pemilik toko yang menyerukan pesta diskon besar - besaran menyihir langkah - langkah kaki mendatanginya.
Akankah Ramadhan ini akan diakhiri dengan pesta serba baru?
Bukan hati dan semangat baru, namun baju baru, kerudung baru, sepatu baru, sandal baru, mukena baru, baju koko baru, peci baru, sarung baru. TAMPILAN BARU.
Hanya itu kah?
Perih, disaat Ramadhan kita belajar merasakan perihnya lapar saudara kita yang kekurangan, diakhiri dengan mencemooh mereka dengan TAMPILAN serba BARU yang notabene sulit mereka dapatkan.
Ramadhan, Jangan tinggalkan aku dalam keBARUan yang semu.
Suci
Wonoayu, 2 September 2009 11.29
7 Juli 2003
Hari ini untuk pertama kalinya aku menggunakan seragam sekolah kebanggan kami dengan cara yang berbeda
Gugup, aku agak kuatir dengan reaksi teman – teman yang akan kutemui nanti, aku takut mereka mencibir.
Memakai pakaian ini serasa memanggul beban berat di pundakku, aku takut setiap gerak gerik ku akan berpengaruh pada reputasi muslimah kebanyakan, aku yang ceroboh, yang tak bisa diam. Semoga mereka dapat berfikir dengan bijak bahwa kalau aku belum bisa bersikap baik karena ini aku. Tidak semua muslimah seperti aku.
Namun ketakutan ku tak menyurutkan niat ku tuk melanjutkan langkah ku berbaju muslimah, menutup aurat. Alhamdulillah.
Setelah mematut diri didepan cermin, ku kembangkan senyum kubalikkan badan memandang satu persatu teman – teman sekamar ku. Senyum mereka memberi kekuatan tambahan untuk menjalani hari tanpa beban. Terima kasih.
Selain hari pertama mengenakan jilbab, hari ini adalah hari pertama aku menjadi siswa kelas empat salah satu sekolah menengah kejuruan, kelas empat? Agak aneh ya, di sekolah ku ada ekstra 6 bulan untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan di industri yang lebih dikenal dengan sebutan On The Job Training, dan diakhir semester akan ditutup dengan sidang tugas akhir sama persis dengan skripsi untuk mendapat gelar sarjana.
Karena lokasi OJT yang cukup jauh dengan rumah, aku bersama ke empat teman yang lain memilih ngekos didekat tempat OJT. Dan hari ini hari pertama aku menginjakkan kaki diperusahaan perkapalan terbesar di Indonesia bahkan dengar dengar ini adalah galangan kapal trebesar seasia tenggara.
Aku kaget, hampir tak percaya pada sambutan teman – teman yang ku temui di tempat OJT saat kami semua dikumpulkan di depan halaman diklat PT. PAL. Teman – teman yang sudah terlebih dahulu mengenakan hijab menyambutku dengan pelukan hangat yang menenangkan, begitu pula ucapan selamat dari yang lain.
Teman – teman pria pun menatap ku dengan wajah sumringah, celetukan celetukan mereka menjadi dukungan yang berarti untuk ku.
Kilasan – kilasan kenangan masa lalu kerap hadir mengingatkan ku akan arti indahnya ukhuwah, meskipun hanya secuil senyum yang tulus, itu berarti dukungan yang besar. Pelukan hangat dari saudara dapat menenangkan hati yang gelisah.
Terima kasih teman telah memberi warna dalam hidup ku. Menguatkan ku dalam langkah ku.
Suci
Wonoayu, 6 Agustus 2010 15.14
Di sela sela menunggu tamu kantor yang tak kunjung datang, apa ditinggal pulang aja ya…
^_^
Kenapa orang yang Idiot kaya, saya tidak?
“Orang pintar membuat sesuatu yang sederhana menjadi rumit, orang idiot membuat sesuatu yang rumit menjadi sederhana.”
Gitu aja kok repot!
Kalimat ini sering terlontar oleh salah satu mantan presiden kita. Awalnya saya mengira kalimat ini tidak memiliki makna apa pun. Tapi coba simak dulu cerita berikut ini:
Sebuah perusahaan sabun ternama sedang melakukan rapat evaluasi tahunan. Dalam rapat ini, semua karyawan baik dari jabatan tertinggi sampai seorang satpam boleh mengajukan ide dalam rapat ini. Kasus yang diangkat dalam rapat kali ini adalah mengenai komplain yang dilakukan oleh kebanyakan konsumen. Salah satu masalah yang seriang dialami konsumen adalah sering didapati kotak sabun yang tidak ada isinya atau kosong. Banyak konsumen yang merasa tertipu saat membeli sabun dalam jumlah banyak. Dari 10 kotak sabun, paling tidak ada 1 kotak sabun yang ternyata kosong. Kesalahan ini merupakan kesalahan yang tidak dapat dihindari, terutama karena mesin produksi sabun yang sudah kuno.
Rapat segera dimulai. Pemimpin perusahaan sabun tersebut melemparkan masalah ini ke dalam rapat dan meminta masukan dari setiap karyawan. Siapa saja yang dapat memberikan solusi untuk mengatasi masalah ini akan mendapatkan kenaikan gaji sampai 3 kali lipat. Anda pun boleh ikut berpikir dan memberikan solusi. Seorang supervisor mengacungkan tangannya dan berkata, “Saya punya solusinya! Kita harus membeli mesin baru dari Jepang seharga Rp 10 milyar!” Melihat harga mesin yang begitu mahal, seorang manajer segera mengacungkan tangan dan berkata, “Saya punya solusi yang lebih baik! Kita bisa membeli mesin baru yang lebih murah dari Jerman seharga Rp 1 milyar!” Melihat harga yang begitu mahal, seorang direktur juga mengacungkan tangannya dan berkata, “Bagaimana kalau kita beli mesin bajakan dari China saja seharga Rp 100juta!” Melihat harga yang sangat murah, sang pemimpin perusahaan menyetujui solusi untuk membeli mesin dari China.
Tidak lama setelah keputusan rapat diambil, seorang office boy memberanikan diri untuk mengacungkan tangannya. “Saya punya solusi yang lebih baik! Bagaimana kalau kita membeli mesin dari Indonesia seharga Rp 250rb!” teriak Office Boy dengan lantang. Mendengar pernyataan konyol dari Office Boy ini, seluruh peserta rapat seketika tertawa terbahak-bahak. Namun pemimpin perusahaan mencoba untuk memberinya kesempatan dengan memberikan sejumlah uang tunai sebesar Rp 250rb.
Dua jam kemudian sang Office Boy kembali dengan membawa mesin yang ia beli dengan harga Rp 200rb (lebih murah Rp50rb dari yang dijanjikan). Dengan langkah mantap ia segera memasang mesin yang ia beli di depan kumpulan kotak sabun. Hasilnya luar biasa! Dengan mesin baru ini, semua kotak dipastikan terisi oleh sabun. Seluruh peserta rapat tercengang ketika melihat mesin yang dibeli oleh Office Boy ini adalah KIPAS ANGIN. Dengan kipas angin ini, semua kotak sabun yang kosong akan terbang ditiup angin dan menyisakan kotak sabun yang sudah terisi. Dengan alat sederhana ini, tidak ada lagi komplain mengenai kotak sabun yang kosong. Dengan hasil ini, Office Boy dengan lantang dan percaya diri berkata, “Gitu aja kok repot!”
“Orang pintar membuat sesuatu yang sederhana menjadi rumit, orang idiot membuat sesuatu yang rumit menjadi sederhana.” Terkadang kepintaran yang kita miliki membuat kita berpikir terlalu kompleks. Kesederhanaan dalam berpikir sering kali membuat orang idiot lebih sering menangkap peluang dibanding dengan orang pintar. Saya tidak mengajak Anda untuk menjadi orang idiot, saya ingin mengajak Anda untuk memiliki sebuah kebiasaan baru. Apa pun masalah yang akan Anda hadapi di masa yang akan datang, berpikirlah sederhana dan katakan dengan lantang, “Gitu aja kok repot!”
Profesor dan nelayan
Suatu minggu, seorang profesor pergi untuk melakukan penelitian di sebuah pedalaman. Sulitnya medan perjalanan memaksa profesor ini untuk menempuh jalur lain yaitu sebuah sungai. Tanpa berpikir panjang sang profesor segera mencari seorang nelayan untuk menyeberangi sungai tersebut.
Selama perjalanan di atas kapal sang profesor bertanya kepada sang nelayan, “Apakah Bapak pernah belajar biologi?” Dengan polos sang nelayan menjawab, “Apa itu biologi? Makanan ikan ya?” Dengan nada menggurui sang profesor menjawab, “Masak Anda tidak tahu apa itu biologi? Itu artinya Anda sudah kehilangan 20 persen dari bagian hidup Anda!” Beberapa menit kemudian sang profesor kembali bertanya, “Apakah Bapak tahu apa itu fisika?” Dengan nada minder sang nelayan menjawab, “Yang pasti bukan makanan ikan kan?” Dengan nada yang meremehkan sang profesor menjawab, “Ck ck ck…, Anda sama saja sudah kehilangan 50 persen dari bagian hidup Anda!” Selang beberapa waktu sang professor kembali bertanya, “Kalau Anda tidak tahu apa itu biologi dan fisika, tentu Anda tahu tentang geografi, bukan?” Sang nelayan menjawab, “Saya memang idiot, saya pun tidak tahu apa itu geografi.” Dengan tertawa terbahak-bahak sang professor berkata, “Anda betul-betul kehilangan 80 persen dari bagian hidup Anda!”
Sesaat sebelum sang professor memberikan pertanyaan keempat, arus sungai mendadak berubah menjadi deras. Derasnya arus membuat kapal bergoyang dengan sangat keras. Sang professor tidak dapat menguasai keseimbangan dan terjatuh ke dalam sungai. Dengan panic sang professor berteriak, “LONTONG! Eh TOLOOONNGG!” Dalam keadaan panic sang nelayan bertanya, “Anda tidak bisa berenang?” Dalam keadaan timbul tenggelam sang professor menjawab, “Saya tidak bisa berenang!!” Dengan berani nelayan menjawab, “Kalau begitu Anda sudah kehilangan 100 persen dari bagian hidup Anda!”
Cerita ini mungkin hanyalah cerita fiksi belaka, namun inilah yang sering kali terjadi dalam kehidupan nyata. Seorang yang sangat pintar belum tentu bisa menggunakan pengetahuannya untuk bertahan hidup. Pengetahuan adalah kekuatan sampai Anda menggunakannya.
“KNOWLEDGE IS NOTHING, APPLYING WHAT YOU KNOW IS EVERYTHING.”
Reuni SMA
Juara 1 lomba lari marathon, mendapatkan nilai 9 pada mata pelajaran Olahraga, mendapatkan nilai 8 pada mata pelajaran Agama, itulah “sebagian” dari prestasi saya. Orang-orang kagum melihat “sebagian” dari prestasi yang saya miliki. Tapi itu hanya sebagian, sisanya? Nilai 4 untuk mata pelajaran Matematika, nilai 4 untuk mata pelajaran Kimia, nilai 5 untuk mata pelajaran Sejarah, dan nilai 5 untuk mata pelajaran Komputer. Bagi anda yang memiliki nasib yang serupa dengan saya, tenang saja karena ini barulah permulaan!
Saya tidak sendirian dalam persaingan memperebutkan nilai terburuk di sekolah, ada sekitar 5 teman yang tidak kalah idiotnya dibanding saya. Mereka lebih senang bermain dibandingkan belajar. Suatu ketika seorang guru Fisika memarahi salah satu teman idiot saya dan berkata, “Kalau otak dan kepalamu bisa dibuka, pasti isinya kosong!” Saya dan teman idiot saya tidak akan pernah bisa melupakan kata-kata itu.
Seiring berjalannya waktu, kamipun beranjak dewasa dan memiliki kesibukan masing-masing. Setelah cukup lama tidak bertemu dengan teman-teman SMA, kami dipertemukan kembali dalam sebuah reuni. Dari reuni inilah saya melihat sebuah kenyataan yang sangat ironis. Teman-teman idiot saya telah berubah menjadi orang yang sangat sukses. Mereka memiliki bisnis sendiri dan penghasilan yang besar. Teman idiot saya juga telah membeli sebuah rumah dan mobil pribadi di usia 20 tahun. Sebaliknya beberapa teman saya yang terbilang cukup pintar dan berprestasi, mereka lebih memilih rasa aman dan menggantungkan masa depan mereka sebagai karyawan. Mereka tidak lebih sukses dibanding dengan teman idiot saya. Mungkin Anda bertanya “Kenapa orang yang idiot kaya, sementara saya tidak?” Teruslah membaca!
5 Perbedaan orang pintar dan orang idiot
1. Orang pintar menyukai kepastian, orang idiot menyukai ketidakpastian.
2. Orang pintar terlalu serius, orang idiot suka bersenang-senang.
3. Orang pintar tahu, orang idiot tidak tahu.
4. Orang pintar senang menjadi pengamat sejarah, orang idiot senang menjadi pelaku sejarah.
5. Orang pintar cepat tersinggung dan tidak mengakui kesalahan, orang idiot pemaaf dan mengakui kesalahan.
Orang pintar menyukai kepastian, orang idiot menyukai ketidakpastian
Sebagian besar orang-orang terkaya di dunia tidak menyelesaikan bangku kuliahnya. Mereka adalah orang-orang idiot yang mempekerjakan orang-orang pintar. Murid dengan nilai A akan bekerja untuk murid dengan nilai B, murid dengan nilai C akan mengelola bisnis, dan murid dengan nilai D akan memiliki gedung dengan nama mereka sendiri. Murid dengan nilai A menyukai kepastian, sementara murid dengan nilai D menyukai ketidakpastian.
Kepastian terkait dengan rasa aman. Orang pintar belajar dengan sungguh-sungguh agar mendapatkan kepastian. Dengan nilai yang tinggi, mereka merasa lebih pasti dalam melangkah ke masa depan. Mereka lebih senang menjadi karyawan dan mendapatkan kepastian penghasilan berupa gaji tetap. Mereka senang membeli asuransi untuk mendapatkan kepastian, mereka senang menabung untuk mendapatkan kepastian, dan mereka senang membuat rencana untuk mendapatkan kepastian. Orang pintar tidak menyukai bisnis, karena segala sesuatunya penuh dengan ketidakpastian.
“Segala sesuatu yang pasti, hasilnya pasti kecil, tetapi segala sesuatu yang tidak pasti, hasilnya tidak pasti besar.”
Berbeda dengan orang pintar, orang idiot suka dengan ketidakpastian. Mereka membenci rutinitas dan sangat menyukai tantangan baru. Mereka senang dan bersemangat dalam mengambil risiko. Tidak semua risiko yang mereka ambil berujung pada kesuksesan, mereka juga sering menemui kegagalan. Namun mereka menikmati kegagalan sebagai proses pembelajaran. Mereka lebih senang membangun bisnis mereka sendiri. Fakta mengatakan bahwa 70% orang terkaya di dunia adalah pengusaha yang membangun bisnis mereka sendiri. Inilah yang menyebabkan kenapa orang yang idiot kaya, sementara orang yang pintar masih bekerja dan menjadikan atasannya kaya raya.
Orang pintar terlalu serius, orang idiot suka bersenang-senang
Orang pintar selalu berpikir bahwa bekerja keras adalah syarat mutlak untuk mencapai kekayaan financial. Mereka termasuk golongan 7P. Anda masih ingat golongan 7P? Mereka Pergi Pagi Pulang Petang Penghasilan Pas-Pasan. Mereka terlalu serius dan jarang bersenang-senang.
Berbeda dengan orang pintar, orang idiot percaya bahwa kreativitas adalah syarat mutlak untuk mencapai kekayaan financial. Kreativitas tidak muncul pada saat kita sedang tegang dan serius, kreativitas muncul pada saat kita sedang bersantai dan bersenang-senang. Cari waktu luang, matikan semua telepon, pergilah ke tempat favorit Anda, ajak teman-teman terbaik Anda, dan bersenang-senanglah!
Orang pintar tahu, orang idiot tidak tahu
Kenapa idiot kaya dan saya tidak? Karena orang pintar tahu cara menghitung, tahu cara mengukur, dan tahu cara memprediksi segala sesuatu. Karena mereka tahu cara menghitung, mengukur, dan memprediksi, maka mereka tahu bahwa yang akan mereka kerjakan sangat berisiko. Karena mereka tahu apa yang akan mereka kerjakan sangat berisiko, mereka memilih untuk tidak mengambil risiko tersebut.
Sebaliknya, karena orang idiot tidak tahu cara menghitung, mengukur, dan memprediksi, maka mereka tidak tahu bahwa yang akan mereka kerjakan sangat berisiko. Karena mereka tidak tahu apa yang akan mereka kerjakan sangat berisiko, mereka segera mengambil tindakan dan berhasil.
Orang pintar senang menjadi pengamat sejarah, orang idiot senang menjadi pelaku sejarah
Suatu hari saya sedang menonton pertandingan sepak bola bersama dengan teman-teman saya. Pertandingan berlangsung sangat sengit, dan yang sengit bukan hanya pertandingannya melainkan adu mulut yang terjadi antara pendukung kesebelasan.
Ada satu kejadian yang sedikit menggelitik hati saya. Pada detik-detik terakhir pertandingan, seorang pemain bernama David Beckham mendapatkan peluang emas untuk mencetak gol melalui tendangan pinalti. Namun ternyata David Beckham tidak memanfaatkan peluang emas tersebut dan gagal mencetak gol. Pada saat itu juga, kata-kata hinaan mulai terlontar dari mulut teman-teman saya, “Goblok! Cuma menang tampang doang! Idiot! Nenek-nenek bisa lebih baik dari itu!”
Kenapa kejadian tersebut cukup menggelitik saya? Coba Anda perhatikan dengan lebih jeli, walaupun David Beckham gagal mencetak gol dan mendapatkan banyak cercaan, David Beckham tetaplah pemain sepak bola terkenal dengan bayaran yang sangat tinggi. Cercaan orang-orang tidak membuatnya berhenti di gaji, sebaliknya orang-orang yang mencerca tidak mendapatkan apa pun selain tenggorokan yang kering akibat berteriak. Bagaimanapun juga, menjadi pemain jauh lebih menguntungkan daripada menjadi penonton. Menjadi pelaku sejarah jauh lebih menyenangkan dibanding menjadi pengamat sejarah.
Saat saya memberikan talkshow di salah satu radio di Jakarta dengan tema “Kiamat Finansial Dunia Tahun 2012”. Saya mendapatkan banyak kritik dan cercaan pedas dari para pendengar. Dan saya yakin mereka yang mengkritik saya dengan pedas adalah orang-orang yang sangat pintar. Mereka adalah orang-orang yang senang menjadi pengamat, bukan pelaku. Walaupun saya mendapatkan banyak sekali kritikan dalam talkshow tersebut, seminar “Kiamat Finansial Dunia tahun 2012” berlangsung dengan sangat sukses dan dihadiri lebih dari 500 orang. Lalu bagaimana dengan orang yang mengkritik saya dulu? Mereka tetap duduk di pinggir sana, mengamati, dan siap untuk memberikan kritik-kritik pedas berikutnya. Apa pilihan Anda, pengamat atau pelaku? Pengkritik atau yang dikritik?
Orang pintar cepat tersinggung dan tidak mengakui kesalahan, orang idiot pemaaf dan mengakui kesalahan
Saya percaya bahwa kata-kata saya dalam bab ini sedikit keras dan mungkin menyinggung perasaan Anda (terutama bagi Anda yang merupakan golongan pintar). Itu semua saya lakukan dengan satu tujuan agar kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Saya meyakini teguran keras yang membangun lebih baik dibanding dengan bujukan lembut yang menjatuhkan. Apabila ada perkataan saya yang tidak berkenan, dari lubuk hati yang paling dalam saya minta maaf.
Mohon tidak menggeneralisasikan dan mengambil mentah-mentah apa yang saya sampaikan pada bab ini. Beberapa kalimat yang saya tulis merupakan bentuk kalimat kiasan untuk mendukung bab ini. Ingat tidak semua orang pintar miskin dan tidak semua orang idiot kaya.
Dari buku UNLIMITED WEALTH by BONG CHANDRA
Dari Milis SSR
Modified By Blogcrowds
Artikel – artikel yang ditampilkan dalam blog ini tidak semuanya tulisan saya, sebagian berasal dari email – email sahabat, mailing list, atau tulisan dari blog dan website tetangga, sebisa mungkin saya cantumkan penulisnya kecuali bila penulisnya tidak diketahui, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, amiin…