mpu_01.jpg mpu_02.jpg

"Saya ingin menunjukkan suatu kejahatan, kejahatan dalam kesehatan dunia, seharusnya organisasi (WHO) itu melindungi umat manusia dari kesakitan tapi justru malah membuat sakit" demikian ungkap Ibu Menteri Kesehatan, DR. Dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) dalam acara silaturahmi tokoh muslimah yang tergabung dalam Muslimah Peduli Umat (MPU dan Forum Muslimah untuk Indonesia Sehat (ForMI-t) di Gedung Depkes RI, Senin 3/3/08. Dengan bersemangat dan logat yang khas beliau juga mengutip pidatonya di depan forum internasional "Mekanisme yang ada pada anda lebih jahat daripada bom atom". "Selama ini kalau kita sakit, dia tambah kaya, ya.. lama-lama kita dibikin sakit" ungkap beliau dengan nada kesal.

Kehadiran MPU dan ForMi-t ke Depkes RI dalam rangka mendukung perjuangan Ibu Menteri Kesehatan dalam melawan penjajahan dunia lewat WHO yang sudah beliau jalani selama satu tahun ini. Perjuangan tersebut beliau tuliskan dalam buku yang berjudul "Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung".

Diantara penjajahan internasional yang diungkap dalam buku yang menjadi perbincangan dunia adalah : "Semua negara anggota WHO harus tunduk dengan mekanisme GISN (Global Influenza Surveilance Nework) dan sudah eksis selama enam puluh tahun. Negara yang terjangkit penyakit, kemudian mengirimkan virusnya ke WHO CC. Tetapi kenyataannya kemudian digunakan oleh negara kaya, sehingga membuat virus itu menjadi komoditi dagang yang namanya antara lain vaksin. Maka negara miskin akan menjadi penghasil virus, dan merupakan tambang emas untuk menambah kekayaan negara kaya.Kalau posisinya demikian maka negara kaya yang maju akan berusaha menciptakan virus baru untuk dilemparkan ke negara miskin. Kemudian negara miskin akan mengirim virus baru tersebut ke WHO. WHO mengirimkan virus tersebut ke negara kaya untuk dibuat vaksin. Dengan demikian negara kaya akan memiliki komoditas dagang (vaksin) yang baru".

Acara berlangsung hangat namun juga menegangkan saat Ibu Menteri menceritakan konspirasi yang beliau hadapi saat perundingan berlangsung di Jenewa, kemenangan yang telah diperolehnya dalam meja perundingan -yakni terhapusnya mekanisme GISN- ternyata dicantumkan kembali di atas kertas, perundingan lagi dan menang lagi, namun tercantum lagi, begitu sampai berulang tiga kali. Akhirnya beliau meminta waktu untuk pidato. Itupun juga tidak mudah, karena beliau sebenarnya tidak diberi waktu (yang mengatur WHO). Walaupun akhirnya interupsi beliau diterima, dan beliau berhasil pidato, yang dirilis sampai gedung putih dan membuka mata dunia akan adanya penjajahan internasional melalui WHO.

Dalam acara yang berlangsung hampir tiga jam ini diungkapkan berbagai data konspirasi lainnya di bidang kesehatan. Jerry D Gray mengungkap konspirasi di balik vaksinasi -program internasional dari WHO- yang (di Afrika) justru menambah jumlah kasus HIV-AIDS pasca imunisasi. Dan anehnya, vaksinasi hanya dilakukan untuk warga negara yang muslim, yang setelah itu mereka menjadi infertil. Beliau mengemukakan fakta bahwa 30% dokter di Amerika tidak mau anaknya divaksin. Di AS, biaya untuk iklan obat sebesar 25 milyar dollar. Obat yang best seller dapat meraup untung 8 milyar dollar. Dengan pertimbangan itulah, negara kapitalis sangat ingin kita menjadi sakit, agar membeli obat mereka dan mereka mendapatkan keuntungan besar.

Selanjutnya dr. Flora mempertanyakan beberapa langkah yang terdapat dalam buku Pedoman Nasional Penanggulangan TB –yang dikarang oleh lebih dari 60 Professor dan dipayungi oleh berbagai lembaga termasuk WHO- diantaranya antibiotic spectrum luas yang menurut analisis beliau justru membuat lebih resisten. Beliau juga mempertanyakan kenapa ada beberapa langkah yang tidak dibicarakan dalam buku itu semisal mantoux. Beliau mengindikasikan adanya konspirasi dibalik penanggulangan TB yang direkomensikan oleh WHO tersebut.

Bidang kesehatanpun tidak terlepas dari masalah politik, sebagaimana yang dituliskan Ibu Menteri Kesehatan RI dalam bukunya "Perjalanan penyakit yang mendunia tidak bisa terlepas dari nuansa politik dunia. Bahkan telah menjadi bagian politik dunia". Beliau juga menuliskan bahwa globalisasi yang dilontarkan oleh negara maju saat ini, sangat tidak seimbang. Maka, tidak menambah apa-apa bagi kesejahteraan umat manusia. Bahkan akan menambah penjajahan antar manusia". Dari silaturahmi ini semua sepakat bahwa penjajahan yang dilakukan negara-negara Barat –kapitalisme- terhadap negara-negara berkembang –baca muslim- harus dilawan dan dihapuskan.

Penjajahan internasional ini terkait erat dengan peringatan Allah SWT (surat 2:120) yang disitir oleh Ibu Dra. Nurdiati Akma, M.Si dalam acara ini yaitu tentang kebencian Yahudi dan Nasrani yang tidak akan pernah ridha sampai kita mengikuti mereka. Ibu menyampaikan bahwa memang mereka akan terus melakukan konspirasi untuk menghancurkan kaum muslimin.

Ishmah Cholil dari HTI menegaskan bahwa kita tidak bisa berharap lagi pada lembaga-lembaga internasional, karena lembaga tersebut sudah dipakai sebagai alat penjajahan. Penjajahan internasional hanya bisa dihadapi dengan kekuatan internasional. Untuk itulah kaum muslimin harus bersatu secara internasional - tidak tersekat oleh nation state- di bawah satu kepemimpinan politik. Persatuan seperti inilah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan dilanjutkan oleh para Khulafaur Rasyidin dan khalifah-khalifah setelahnya selama kurang lebih 13 abad. Selama masa itulah kaum muslimin menerapkan Islam kaffah dalam wadah Daulah Khilafah Islamiyyah yang berhasil mewujudkan Islam rahmatan lil 'alamin –baik bagi muslim maupun non muslim- di hampir 2/3 wilayah dunia.

Selanjutnya Dr. Rini dari ForMI-t mengungkapkan bahwa untuk mewujudkan masyarakat yang sehat harus mencakup aspek preventif, kuratif, promotif. Ketiganya tidak bisa diwujudkan dengan sistem sekarang, karena sistem yang ada sekarang justru memunculkan penyakit yang sistemik. Sebagai langkah awal untuk mewujudkan sistem Islam ini adalah melakukan pencerahan kepada dunia tentang konspirasi negara-negara Barat dan jahatnya kapitalisme yang diemban oleh negara Barat. Acara silaturahmi berakhir pada pukul 12.00 dan ditutup dengan do'a oleh Dra. Hj. Nurni Akma dari Aisyiyah.

Hadir dalam acara ini sekitar 20 tokoh ormas muslimah diantaranya Dra.Hj. Nurdiati Akma, M.Si sebagai ketua umum MPU sekaligus FORSAP, Ir. Hj. Ishmah Kholil (HTI), Hj. Irena Handono (Irena Center), Dra. Hj. Syahrazad Syaukat Al Bahry (Wanita Al Irsyad Al Islamiyyah), Jerry D Grey (Penulis), Dra.Hj. Nurni Akma (Aisyiyah), Dra. Zubaedah Muchtar (Ketua Wanita Syarikat Islam), Dra. Helwana Fattoliya (Mushida), Dr. Rini (ForMI-t), Prof. Zur'aini Djamal (FCMP ICMI), dr. Flora (ForMI-t), Dra. Sultana Nahdy (Muslimat DDII).

[Laporan Eny Dwiningsih, M.Si, Sekjend MPU, HTI)

Foto-foto:

mpu_01.jpg

mpu_02.jpg