Awal lihat iklan drama ini di tivi sebenarnya tidak terlalu berminat, gara – gara judulnya ”Thank You” rasanya kok terlalu biasa dan sama sekali tidak menarik. Tapi karena jam segitu adalah jam – jam prime time dan sebagian besar televisi kita menyiarkan sinetron aku tidak punya pilihan lain selain menontonnya. Apalagi aku termasuk “Korean drama addict”, meski awalnya tidak terlalu banyak berharap pada drama ini, ya kupikir ini drama biasa, mungkin drama komedi. Tapi dugaan ku meleset, di episode pertama mataku langsung dibuat berurai air mata.
Cerita ini berawal dari kematian kekasih dokter Min Ge Seo. Sebelum meninggal sang kekasih memintanya untuk menyampaikan maaf pada sebuah keluarga, yang karena kekurangtelitiannya ia telah menyebkan seorang gadis kecil kerkena HIV/AIDS.
Yang ku suka dari drama korea adalah selalu ada pesan yang disampaikan, di film ini pesannya sangat mengena, dan cukup mendidik penonton mengenai proses penularan HIV/AIDS. Bahwa HIV/AIDS tidak mudah menular hanya karena mereka hidup dan tinggal bersama pengidap HIV/AIDS.
Kembali pada cerita drama berjudul “Thank You”, setelah kematian kekasihnya dan keputusan kontroversinya, memaksa mengoperasi kekasihnya yang sekarat, ia memutuskan untuk keluar dari rumah sakit dan membantu Ibunya dalam mengelola bisnis. Ia mendapat tugas dari Ibunya membantu salah satu karyawan terbaiknya untuk melakukan riset di sebuah pulau untuk nantinya akan membangun resort di sana, kampong halaman sang karyawan terbaik.
Di pulau biru itu dokter Min tidak sengaja bertemu seorang kakek menggendong boneka teddy, ia mengenali boneka tersebut adalah boneka yang dibeli kekasihnya untuk gadis pengidap HIV/AIDS sesaat sebelum kematiannya. Ia berusaha mengambil boneka tersebut namun usahanya malah membuatnya terikat pada keluarga tersebut.
Sebuah keluarga kecil yang terdiri dari seorang Perempuan muda yang harus menghidupi keempat anggota keluarga lainnya, seorang gadis kecil super duper aktif namun sangat cerdas bernama Lee Bom, seorang adik laki-laki yang tengah menempuh pendidikan diluar pulau dan kakek pikun.
Sampai suatu ketika pada moment yang sangat menyentuh ia menemukan Lee Bom mimisan, sang Ibu tidak beranjak membantu membersihkan hidungnya ia juga melarang Suk Hyun yang saat itu berada disana membantu Lee Bom. Sang Ibu Lee Yung Shin malah mengingatkan Lee Bom peraturan yang harus selalu diingat Lee Bom saat berdarah. Bahwa ia tidak boleh menerima bantuan dari siapa pun juga kecuali Ibu dan gurunya. Dokter Min yang melihat kejadian tersebut dari jauh ingat akan pesan mendiang kekasihnya dan menyadari bahwa Le Bom lah gadis kecil yang dimaksud kekasihnya.
Suk Hyun sang karyawan terbaik adalah cinta pertama Lee Yung Shin, terkejut menemukan Lee Young Shin memiliki seorang anak, ia mulai berfikir mungkin kah Lee Bom adalah anaknya, namun Yung Shin menyangkal dan mengatakan bahwa Lee Bom bukan anak Suk Hyun. Ibu Suk Hyun mengetahui keadaan itu menyodorkan beberapa laki – laki untuk Yung Shin dan mengancam akan mengusir keluarganya.
Yung Shin bisa saja pergi dari pulau itu, namun kakeknya tidak mau pergi dari pulau karena anak dan istrinya meninggal di laut, dengan terpaksa ia menyetujui rencana Ibu Suk Hyun, perjodohan yang pertama gagal sebab Tuan Park tak sanggup merawat kakek pikun dan Lee Bom yang cerewet.
Perjodohan selanjutnya digagalkan Dokter Min karena laki – laki itu mata keranjang dan hanya menginginkan kebun jeruk Yung Shin. Saat itulah Dokter Min menyadari bahwa Ia telah jatuh cinta pada Ibu Lee Bom. Namun Yung Shin seorang single parent dan belum pernah menikah merasa dokter Min terlalu bagus untuknya yang hanya perempuan desa.
Tiap – tiap moment dalam drama ini digarap begitu indah dan menyentuh, melihat perubahan seorang dokter terkenal yang sombong dan acuh menjadi malaikat pelindung sebuah keluarga kecil di pulau pelosok.
Cara dokter Min mengangkat kepercayaan diri Yung Shin sangat mengagumkan. Ia tidak sepenuhnya membantu Yung Shin dalam menyelesaikan setiap permasalah yang Yung Shin hadapi ketika penduduk desa mengetahui Lee Bom mengidap HIV, tapi ia membuat Yung Shin bangkit dan berdiri dengan kakinya sendiri, meyakinkan Yung Shin bahwa Lee Bom sama dengan anak – anak yang lain, ia hanya berbeda. Seperti ada anak yang punya kaki lebih pendek, berhidung juling, dan Lee Bom berbeda karena mengidap HIV.
Yung Shin pun berubah, dari seorang perempuan baik hati, rendah diri dan biasa menerima semua perlakuan dari orang – orang disekitarnya, kini berdiri didepan orang – orang desa dan mengatakan semua keyakinannya.
Drama ini sendiri menerima penghargaan dari salah satu lembaga di dunia karena telah mengangkat isu social tentang HIV/AIDS, “Thank You” juga telah melakukan pendidikan pada penonton untuk tidak mengucilkan para penderita HIV/AIDS.
Disamping ceritanya yang sangat bagus (menurut saya) banyak sekali pesan moral yang diberikan, yang sangat jarang sekali ditemukan jika menonton sinetron kita yang monoton melulu tentang cinta beda kasta, dimana pemeran antagonisnya dibuat seolah – olah tak memiliki hati nurani dan peran prontagonisnya ditakdirkan selalu menerima dengan ikhlas semua peristiwa tidak menyenangkan yang ditujukan padanya, bahkan ada satu sinetron yang dengan sangat menjengkelkan sang tokoh utama diplot sangat lugu dan bodoh, takut untuk bersuara hanya karena dipelototi. Fuih…
Semoga dikemudian hari muncul sineas – sineas dan tokoh – tokon persinetronan di negeri ini yang lebih bertaggung jawab dan dengan bijak menyuguhkan tontonan yang lebih mendidik, bermutu dan berkualitas. Tak hanya mementingkan komersialisme.
Semoga bukan mimpi disiang bolong.
Wonoayu, 16.19
Jumat, 11 Juni 2010
Friday, June 11, 2010
Thank You
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
wah beda ma sinetron indo... melas...
iya, film ini kayaknya keren banget. bukan sekedar cerita cinta biasa. ^^b
Post a Comment